Dalam rangkaian jalan-jalan di Singapura yang banyak outdoor-nya bulan Januari lalu, saya dan
Diyan tak lupa memasukkan Gardens By The Bay ke dalam rencana. Tujuan wisata mainstream ini sudah cukup lama membuat
saya terpukau lewat foto-foto yang beredar di Internet karena kecantikannya.
Kelar bermain
sepeda di Pulau Ubin di sore hari, kami langsung menuju Gardens By
The Bay. Naik bus tingkat nomor 02, naik MRT dari Tanah Merah, ganti rute di
Paya Lebar, lalu turun di stasiun Bayfront.
Dari situ, masih harus berjalan kaki, tapi lupa berapa menit. Rasanya sih lebih dari 15 menit, tapi mungkin karena kami jalan santai.
Dari situ, masih harus berjalan kaki, tapi lupa berapa menit. Rasanya sih lebih dari 15 menit, tapi mungkin karena kami jalan santai.
Sesampai di walkway yang
berupa jembatan lebar menuju taman, kami lihat banyak orang memotret
pemandangan sekeliling. Dari situ terlihat pucuk-pucuk Supertree serta
kubah-kubah futuristik Cloud Forest dan Flower Dome, yang merupakan bagian dari
Gardens By The Bay, berseberangan dengan gedung Marina Bay Sands. Sungai, jalan
raya, dan kincir raksasa (Singapore Eye) yang nampak di kejauhan pun tak luput
jadi objek foto para turis, termasuk saya. Semua tertata rapi, kecuali sebagian
taman yang masih dalam proses perbaikan atau pembangunan.
Setelah turun lift satu lantai, kami sampai di taman, Supertree Grove.
Sekumpulan “pohon besi” raksasa, dengan tanaman merambat di batangnya,
menyambut kami. Jembatan OCBC Skyway melintas di atas kepala kami, orang-orang
ramai berjalan di atasnya. Kami pun bergegas ke loket untuk membeli tiket masuk
Skyway tersebut sebesar S$5 per orang. Namun kemudian langkah kami kian
melambat ketika melihat betapa panjangnya antrean!
“Kok, aku jadi males, ya?”
gumam saya.
“Iya, aku juga,” sahut Diyan.
“Yuk, ah. Mendingan kita santai-santai di bawah aja, daripada ngabisin
waktu ngantre.” Diyan mengamini
dengan menuntun saya ke hamparan rumput di salah satu sisi taman.
Di atas rumput, sudah banyak pengunjung duduk-duduk dan tidur-tiduran
sambil berfoto dan ngobrol, serta
anak-anak berlarian ke sana ke mari. Rasanya seperti piknik di taman, minus
keranjang rotan berisi roti dan apel. Kami mengambil posisi di bagian yang
masih agak sepi. Kemudian Diyan asyik mengabadikan berbagai kegiatan orang di
taman dengan Fuchsy, si kamera fuchsia kesayangan
saya. Tak betah berdiam lama-lama, saya
mengeluarkan buku sketsa mungil dan menggambar Supertree Grove dengan drawing pen.
Hari bergulir menjadi gelap. Lampu-lampu di pepohonan Supertree mulai
menyala dan suasana menjadi lebih meriah. Ini dia yang saya tunggu-tunggu!
Persis yang dikatakan teman-teman saya sebelumnya, Ito dan Fahmi, bahwa menjelang magrib adalah waktu
terbaik untuk ke Gardens By The Bay karena kita akan menyaksikan lampu-lampu
menyala. Saya masih menggambar ketika tiba-tiba terdengar musik mengalun dari
pengeras suara, dan lampu-lampu di pepohonan raksasa berkedap-kedip mengikuti
melodi!
“Wah, apa ini?”
Entah mendapat informasi dari mana, Diyan kemudian mengatakan bahwa
‘pertunjukan lampu’ ini diadakan secara rutin setiap akhir pekan. Kejutan yang
menyenangkan! Musik instrumental mengalun cukup lama, mungkin sekitar 15 menit.
Lampu-lampu bergiliran mati dan menyala seiring tempo musik yang dinamis, kadang
cepat kadang lambat. Rasanya seperti menonton drama musikal, tapi dengan cahaya
warna-warni sebagai aktor-aktrisnya!
Entah berapa besar daya listrik yang dikerahkan untuk menghidup-matikan
lampu-lampu Supertree Grove pada malam hari. Jadi terpikir, Gardens By The Bay
berpartisipasi dalam Earth Hour, nggak
ya?
Setelah musik berhenti mengumandang, lampu-lampu kembali menyala
seperti semula. Kerumunan pengunjung mulai memencar, kebanyakan menuju pintu
keluar. Karena antrean lift cukup panjang, kami memutuskan untuk makan malam di
salah satu restoran yang berada di tepi taman saja. Saya lupa harga makanan di
restoran Peach
Garden Noodle House itu, tapi rasanya tak lebih mahal daripada
rata-rata makanan di foodcourt mal
sana.
Setelah puas dengan pemandangan cantik Supertree Grove dan makan malam
lezat, kami beranjak keluar dari Gardens By The Bay, kembali ke penginapan AirBnB di daerah Changi. Lelah dan pliket sekali rasanya badan, karena
dalam sehari sudah main sepeda sambil berpanas-panasan, naik turun berbagai
moda transportasi, dan banyak berjalan kaki. Tapi tentu saja hati senang
disuguhi pertunjukan cahaya dan taman yang cantik! Sampai sekarang, dua bulan
lebih setelah pengalaman itu, saya masih ingat rasa dibuai-buai oleh alunan
musik dan genitnya permainan lampu.
Catatan:
- Stasiun MRT terdekat dari Gardens By The Bay adalah Bayfront pada rute Circle Line (warna oranye).
- Biaya masuk: nol. Cuma ada beberapa “wahana” yang menarik bayaran, seperti OCBC Skyway, Cloud Forest, dan Flower Dome.
- Untuk informasi yang lebih lengkap, silakan kunjungi situs resmi Gardens By The Bay.
Baca juga cerita-cerita saya
lainnya dari trip yang sama ke Singapura:
- Trekking
di MacRitchie Reservoir, naik jembatan gantung!
- Singapore
Tourist Pass, kartu sakti untuk naik MRT dan bus.
- Neko
No Niwa, kafe kucing pertama di Singapura. Menggemaskan!
- Serunya
main sepeda di Pulau Ubin.
Suka banget nongkrong sore2 di gardens by ini, saat lampu2 mulai nyala keliatan banget cantik nya :-)
ReplyDeletebetul Cum, cantik, gratis, banyak restorannya pula. *penting*
Deleteaku-aku, kemarin dapat ini di gardens by the bay http://www.menujujauh.com/2014/12/gardens-by-bay-di-malam-hari.html :3
ReplyDeleteotw to tkp
DeleteWoo, bulan depan aku ke singapore~~ pengen coba mampir kesini ah :D
ReplyDeleteiya, mampir aja.. bagus dan hrateysss :))
DeleteVira... Bayfront bukannya rute warna merah ya? Itu kan terusan Marina Bay MRT? *dibahas
ReplyDeleteAku dari dulu pengen naik OCBC Skywalk. Belum kesampean aja...
Kamu harus masuk Flower Dome, gile kereeeen :)
hihihi... barusan lihat contekan peta online, oranye sih Tes..
DeleteFlower Dome? bayar nggak? waktu itu cuma pengen yang gratisan aja :))
Ini masuknya gratis kan mbak?
ReplyDeletehai Zenny,
Deleteiya masuknya gratis
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete