Sekitar seminggu belakangan ini saya cukup disibukkan dengan
mainan baru, Steller. Bukan stellar pakai a, tapi Steller. Bukan pula
Steller77.
Steller ini aplikasi untuk bercerita dengan gambar (foto
ataupun video) dan tulisan. Saya curiga dari fungsinya itulah muncul nama
Steller. Mungkin awalnya begini: storytelling --> storyteller -->
steller. Mungkin, loh ya...
App ini sudah ada di Amerika sejak 2014, tapi baru di bulan
April 2016 ini bisa diakses dari akun App Store dan Google Play Indonesia. Beberapa
orang di Indonesia sudah punya Steller sejak sebelumnya karena mereka punya
akun Apple US, seperti teman saya Motulz. Ternyata dia dan beberapa orang
lainnya diajak oleh Dita, pasangan dynamic
duo-nya Pinot , yang sedang merantau di New York, untuk menggunakan app
ini. Ditut pula yang telah mengusahakan pada Steller agar app-nya bisa
diluncurkan di Indonesia. Gabungan antara para pemulanya ini orang-orang yang
cukup berpengaruh di dunia medsos Indonesia dan bahwa orang Indonesia senang
bercerita dengan tulisan-tulisan pendek, maka Steller cepat sekali menyebar di
kalangan pengguna medsos Indonesia. Dalam empat hari saja sudah 1.000 story
di-upload dari akun Steller Indonesia!
Saya pun cukup keranjingan bikin cerita di situ. Seolah-olah
ada 48 jam dalam sehari, saya bikin DUA akun Steller sekaligus, yaitu
ViraTankadan Indohoy (ayo follow). Akun saya pribadi sejauh ini lebih
banyak diisi cerita dengan sketsa-sketsa saya, sedangkan akun Indohoy berisi
tentang destinasi-destinasi di Indonesia. Pegang dua akun memang lumayan repot
dan menyita waktu walaupun sesekali Mumun ikut membantu. Tapi saya senang mengerjakannya.
Bikin cerita di Steller gampang-gampang susah. Tergantung
kita biasa bercerita panjang atau pendek, biasa mengkombinasikan antara gambar
dan tulisan atau tidak.
Kalau mau cuma pasang foto-foto tanpa cerita di Steller,
bisa saja. Tapi kan sudah ada Instagram. Lagipula kalau foto kita nggak
spektakuler, sepertinya perlu dirangkai dengan cerita supaya lebih menarik.
Nah, memikirkan ceritanya saja kadang cukup memakan waktu. Belum lagi memilih
foto-foto dan urutannya yang pas.
Untuk layout, Steller menyediakan beberapa opsi template
untuk setiap cerita (“story”). Walaupun tinggal memilih, kadang makan waktu
juga. Coba satu layout, ganti yang lain, ganti lagi, belum lagi tata letak
tulisannya dan menggeser framing fotonya. Kalau dari awal sudah jelas mau bikin
bagaimana, bakal lebih cepat mengerjakannya. Buat saya, setelah bikin lebih
dari 10 story, opsi template ini mulai terasa kurang, apalagi pilihan fontnya. Semoga
Steller segera menambah template-nya.
Seperti halnya media sosial lain, Steller juga bisa
digunakan untuk berkampanye atau mempromosikan sesuatu, yaitu dengan adanya
sistem ‘follow’, ‘feature’, dan ‘hashtag’. Saya kira Steller nantinya bisa
dijadikan sebagai alat presentasi, profil diri/komunitas sebagai intro pada
calon klien, dan lain-lain yang saya belum terpikir.
Di akhir tiap story Steller, saya selalu mencantumkan akun
Instagram. Sejak itu, tab notifikasi Instagram saya lebih sibuk daripada
biasanya. Berarti Steller juga bisa untuk mempromosikan akun sosmed lain.
Apalagi akun yang isinya senada seirama - Instagram saya juga isinya sketsa-sketsa.
Pasti sebentar lagi akan ada akun online shopping di Steller! Eh,
jangan-jangan, memang sudah ada?
Satu hal lagi yang membuat saya makin semangat menggunakan
Steller, yaitu ketika akun dan beberapa story Steller Indohoy di-feature ke kategori
Places, Action & Outdoors, dan Conservation Story. Jordan Foy, pihak Steller, juga ikut
me-republish (semacam repost untuk Instagram dan retweet untuk Twitter)
beberapa story dari Indohoy dan dari akun saya pribadi. Dampaknya, followers dan loves makin bertambah banyak dari sesama pengguna di Indonesia
maupun di negara lain.
Akan bagaimana nasib Steller seterusnya? Saya pun nggak
tahu. Banyak yang menduga Steller akan makin berkembang di Indonesia. Tapi
mungkin saja ada yang sudah mulai bosan, seperti yang dirasakan Diyan, karena
kebanyakan konten dan tampilan yang mirip satu sama lain. Mungkin pengguna
Steller memang perlu lebih kreatif, sama halnya dalam media sosial lainnya.
Hei, ngomong-ngomong, kamu sudah bikin akun di Steller?
Kalau sudah, biasanya apa aja sih yang kamu ceritakan di Steller? Boleh dong
kasih tahu nama akun kamu di Komen di bawah ini, siapa tahu kita bisa saling
follow.
Selamat bercerita!
Ada yang baru lagi ya mbak... aku belajar dulu lah.. haha biar kekinian
ReplyDeleteIya, seru.. selalu ada aja yang baru, ya.. haha..
Deleteselamat mengeksplorasi!
duh, kalo saya main steller makin ga ke update blog saya, kadang banyak aplikasi suka bikin bingung sendiri. hehehe..
ReplyDeletehehehe...iya, memang perlu pilih-pilih mana yang paling kita suka dan cocok dengan kebutuhan..
DeleteAku blm punya dan blm 0engen download.pusing awak kebanyakan socmed
ReplyDeletehihi..iya kak.. makin menggila nih dunia sosmed..
Deletenanti lama2 juga tersaring mana yang berguna dan cocok buat kita.
Baru sehari bikin. Jadi masih amatir bikin ceritanya.79R nama akun Steller saya. Aplikasi nya lumayan bagus tapi lemot bgt untuk liat2 gambarnya.
ReplyDeleteBaru sehari bikin. Jadi masih amatir bikin ceritanya.79R nama akun Steller saya. Aplikasi nya lumayan bagus tapi lemot bgt untuk liat2 gambarnya.
ReplyDelete