Jenis perjalanan yang paling saya sukai akhir-akhir ini
adalah yang memungkinkan saya untuk mensketsa apapun yang menarik sepanjang
perjalanan. Lebih asyik lagi kalau memang berupa
sketch trip, yaitu perjalanan yang dikhususkan untuk mensketsa.
Contohnya, waktu saya mengikuti acara Urban Sketchers Symposium di Singapura di
tahun 2015, seperti yang diceritakan di
blog
Sketchwalkers dan di
Steller
story saya yang ini.
Sekitar seminggu yang lalu, saya berkesempatan lagi untuk
sketch trip. Nggak jauh-jauh, di
Semarang saja. Ada hajatan
#ISSW2016
alias International Semarang Sketch Walk 2016 selama 3 hari (26-28 Agustus 2016), tapi berhubung
saya belum bisa cuti, jadi cuma ikut di hari Sabtu dan Minggu.
Isi acaranya ada sketch
walk dan workshop. Sketch walk
itu biasanya peserta jalan kaki ke lokasi-lokasi sketsa yang ditentukan
panitia, tapi di ISSW kali ini ada juga lokasi sketch walk yang lumayan jauh dan
ditempuh dengan bus.
|
Menyimak wejangan gambar dari Motulz. |
Begitu sampai di Semarang hari Sabtu pagi, saya langsung
mengikuti workshop Pak Darman Angir bertema sketsa arsitektur. Saya memang sedang
senang menggambar gedung-gedung dan lanskap kota, yang menyebabkan saya lebih
suka jalan-jalan di perkotaan akhir-akhir ini. Dan sketsa-sketsa Pak Darman
yang kerap saya lihat
di
Instagram menarik untuk “dipelajari”. Dari beliau, saya tidak hanya
diingatkan kembali soal komposisi gambar – foreground, middle ground,
background, fokus objek, titik pandang, dsb, tapi juga cara memegang pensil
atau pulpen yang pas untuk mensketsa. Menurut beliau, cara saya memegang pensil
terlalu tegak. Jempol, telunjuk, dan jari tengah terlalu dekat ke ujung pensil.
Sedangkan untuk mensketsa, sebaiknya tangan lebih santai, posisi jemari menjauh
dari ujung pensil. Saya sempat mencoba menggeser jemari. Benar lho, hasil
goresannya berbeda!
|
Nggak sempat motret sketsa saya di workshop Pak Darman, tapi ini objek yang saya gambar. |
Berselang waktu makan siang saja, kemudian saya mengikuti
workshop Vanont Ruksiriphong, sketcher asal
Thailand, yang pernah
mensketsa
bareng waktu saya di Bangkok tahun lalu dengan teman-temannya juga. Materi Vanont
adalah tentang mensketsa dengan cat air. Dia mengajarkan untuk mensketsa
cepat-cepat saja, sesuai waktu yang dimiliki. Dia bisa bikin sketsa langsung
dengan cat air, tapi untuk kelas ini dia mencontohkan untuk menggambar dengan
pensil lebih dulu. Waktu yang dia rekomendasikan untuk menggambar bentuk-bentuk
dasar dengan pensil tak lebih dari 4 menit, setelah itu langsung pakai cat air.
Unik sekali caranya; Vanont seperti melihat warna-warna yang tak kita lihat di
suatu objek. Macam-macam warna yang digunakan sekilas seperti asal, tapi
sebenarnya sudah dia perkirakan. Terbukti dengan hasilnya yang menggambarkan
objek aslinya, walaupun kalau kita lihat secara detail per elemen, nggak ada
miripnya. Anak ajaib si Vanont ini.
|
Mencoba tanpa garis pulpen. |
|
Vanont menjelaskan, cewek-cewek fokus ke penerjemahnya yang imut berkacamata. |
|
Hasil percobaan saya dalam workshop. |
Aktivitas sketch walk yang saya sempat ikuti cuma di Candi
Borobudur di hari terakhir. Rombongan 8 bus berangkat setelah sketch walk di
kuil Sam Poo Kong. Saya sendiri lebih tertarik untuk menggambar Gereja Blenduk
di pagi hari, ditemani teman-teman yang kemudian berangkat bareng ke Borobudur
naik mobil pinjaman dari Nasmoco, dealer Toyota di Semarang.
Gereja Blenduk ini cakep banget dilihat dari sudut manapun. Karena
ingin dapat sudut terbaiknya, terpaksalah saya menggambar dari seberang jalan,
di halaman parkir gedung Jiwasraya, hanya dengan perlindungan olesan sun block.
Matahari Semarang memang kejam, menusuk kulit tanpa ampun. Sekitar 1 jam
(mungkin lebih sedikit) saya duduk di situ, mencoba menerapkan teknik yang
diajarkan Vanont. Hasilnya, saya sih kurang puas. Kapan-kapan saya harus
mencoba lagi menggambar gereja yang didirikan pada tahun 1753 ini.
|
Gereja Blenduk dan hasil percobaan saya. |
|
Peralatan sketchwalk, lengkap dengan kursi lipat biar lebih nyaman. |
Kira-kira 2,5 jam kemudian kami sampai di Borobudur. Agak kebingungan
mencari jalan masuk untuk pengunjung khusus, dan sempat makan siang di salah
satu warung di pelataran parker, membuat kami agak lama untuk menyusul peserta
ISSW lainnya yang sudah pada mulai menggambar. Karena tak ingin menggambar
dengan sudut yang sama dengan kebanyakan peserta, kami mencari sudut menarik di
atas candi. Ternyata, di berbagai lantai candi pun sudah banyak sketcher yang sedang menggambar. Ya sudah,
akhirnya kami berdiam di lantai 5, kalau tidak salah.
Satu hal yang baru kami ketahui ketika menggambar di candi
adalah bahwa cat air (dan cat-cat lainnya, serta arang) dilarang digunakan di
candi. Sedangkan teman-teman yang menggambar di lapangan rumput bisa bebas
menggunakan cat mereka. Oh, tidak! Yah, apa
boleh buat, sketsa dengan pulpen sudah setengah jadi. Walhasil, sketsa hanya
diselesaikan dengan arsir. Anggap saja ini suatu tantangan tersendiri.
|
Bingung pilih gambar di mana, foto dulu deh. |
|
Borobudur belum selesai. |
|
Banyaknya peserta ISSW2016. Foto dapat dari grup WA USK-Indonesia, sudah diedit begini warnanya. |
|
Bolak-balik Semarang-Borobudur disupiri Kak Motulz. |
Malam harinya kami kembali di Semarang. Badan lelah, mata
mulai berat. Tapi, penasaran sekali saya dengan kafe Tekodeko yang terlihat
menarik dari luar. Sebagai penggemar
kafe-kafe
lucu, saya bela-belain untuk nongkrong sebentar di sana dengan teman-teman.
Pesan minum sedikit, lalu jadilah satu sketsa dengan objek hiasan dinding
mereka.
|
Teko-teko yang menggemaskan. |
Barulah setelah itu saya bisa berkemas dengan puas di hotel,
bersiap-siap untuk kembali ke Jakarta keesokan paginya.
Dua hari di Semarang, akhir pekan yang melelahkan, tapi juga
menyenangkan.
|
Terbang pagi buta ke Jakarta. |
Hasil karya mu makin manja, kamu ngak pengen endorse cumilebay kak ???
ReplyDeleteDesain kancut pake gambar2 sketch mu gitu lho
wuiiih, bisa ngehitz banget ntar, sampe kewalahan pesanan! :))
Deletembak sketsa nya bagus2,, sini maen semarang lagi mbak,,,
ReplyDeleteterima kasiihh..
Deletesemoga segera ada kesempatan ya untuk saya ke Semarang lagi ^.^