Saya terkejut senang ketika mulai mencari tahu tentang Pulau
Santorini dan menemukan bahwa nama ibukotanya adalah Fira. Nama ini seperti
ejaan yang salah tapi berlafal sama dengan nama saya. Sebenarnya ini nggak
berpengaruh ke apapun, saya cuma senang saja karena seolah-olah nama saya
terabadikan di pulau impian. Kadang-kadang Fira juga disebut Thira, yaitu nama
area ini dari masa kuno.
Letak Fira di tengah-tengah Pulau Santorini, sisi barat.
Menuju ke sana, kami berlayar selama 7 jam dari pelabuhan Piraeus, Athena. Dari
pelabuhan Old Port menuju ke Fira sebenarnya cuma sekitar 1,3 km, tapi dibutuhkan
stamina dan keinginan kuat karena jalanannya menanjak. Kami sendiri naik mobil
travel
ke
Oia karena jadwal menginap di Fira justru di hari-hari terakhir kami di
Santorini.
Menginap 2 hari 2 malam di Fira, cukup banyak tempat wisata
yang sempat kami kunjungi di sekitar kota dengan bermodalkan motor sewaan,
selain berjalan-jalan dengan kaki di pusat keramaian kotanya.
|
Vira di Fira. |
Kota Fira, Santorini
Kota Fira memiliki kontur naik turun dan banyak tangga di
gang-gang sempit seperti umumnya gambaran tentang Yunani. Beragam kafe,
restoran, toko, tempat spa, dan suatu gereja besar berkumpul di pusat kota
Fira, bertepikan kaldera dan pemandangan laut biru tua yang tenang. Kami
berjalan kaki menjelajahi pusat kota di antara turis-turis dari belahan dunia
lain, bahkan ada pula keluarga kecil dari Indonesia dengan bayinya di stroller. Terbayang repotnya
menggotong-gotong stroller setiap
bertemu tangga, tapi semoga si bayi mendapatkan ingatan yang menyenangkan akan
Fira.
Lelah berjalan kaki, kami duduk sebentar di salah satu
bangku yang menghadap kaldera. Bangku-bangku ini jadi rebutan bagi para turis
karena pemandangan
iconic yang
ditawarkan. Kami pun baru mendapatkan tempat di bangku ini setelah menunggu
sekawanan turis Asia lainnya kelar berfoto ria di situ. Ketika melintas di
depan gereja untuk menuju bangku ini, tak sengaja saya mendengar percakapan
seorang pria dengan dua orang perempuan. Pria ini, yang tampaknya hampir
setengah baya, membangga-banggakan pengalamannya
backpacking keliling dunia, dan bagaiman pengalaman itu sangat
membuka pikirannya tentang banyak hal. Agak geli mendengarnya karena terkesan
sangat klise, tapi itu persis cerita yang sering saya baca di blog-blog
perjalanan, dan mungkin saya pun pernah menulis demikian.
Menjelang magrib kami berjalan lagi dan menemukan lokasi
yang diincar banyak orang untuk menikmati pemandangan sang surya tenggelam.
Indah juga, walaupun tidak seindah sunset
di Oia. Ketika hari sudah gelap, kota Fira masih ramai dengan turis, seperti
kami yang berbelanja suvenir dan sekadar menikmati keindahan tata kotanya.
Tidak terlalu malam kami memutuskan untuk kembali ke hotel
karena radang tenggorokan saya yang mulai merongrong akibat terlalu lama
diterpa angin malam.
|
Menggambar sejenak di sela-sela keliling kota Fira. |
|
Diyan berusaha membaca 'Today's Special" dalam aksara Yunani. |
|
Sunset di Fira. |
|
Salah satu gang di Fira malam hari. |
Akrotiri, Kota yang
Terkubur di Santorini
Menikah dengan history
freak seperti Diyan, saya pun ketularan makin menyenangi kunjungan bertema
sejarah. Di pagi pertama di Fira, tujuan kami adalah Akrotiri, kota prasejarah
yang terkubur abu letusan gunung Thera sejak abad ke-17 SM. Letusan megah ini
pula yang membentuk kaldera dan serpihan pulau-pulau di Laut Aegea, termasuk
Santorini.
Dari hotel, kami menuju Akrotiri naik motor sewaan, jaraknya
sekitar 10 km. Akrotiri berada di ujung selatan Pulau Santorini. Perjalanan ke
sana melewati jalan aspal mulus dan cenderung menurun. Saya puas memandangi
bentang alam selama perjalanan, sedangkan Diyan harus memecah konsentrasi
menyetir dengan sesekali mengintip pemandangan di kanan dan kiri. Sekali kali
kami berhenti untuk benar-benar menikmati pemandangan, sambil foto-foto
tentunya.
|
Ditiup angin yang lumayan kencang. |
|
Pemandangan kaldera, menuju Akrotiri. |
Sampai di gerbang masuk situs Akrotiri, setelah bayar tiket
masuk sebesar 5 euro, kami ditawari jasa pemandu wisata. Tanpa pikir panjang
kami mengiyakan, karena melihat-lihat peninggalan prasejarah akan lebih menarik
dan bermakna jika disertai narasi tentang peninggalan itu sendiri. Untuk tiap
seorang pemandu ditarik bayaran 60 euro, dengan jumlah turis maksimal 6 orang.
Beberapa pengunjung berkomentar semacam, “Apa?? Mahal banget! Ogah ah!” lalu
ngeluyur masuk ke situs. Untungnya nggak sampai 15 menit kemudian kelompok kami
lengkap, dan tur keliling situs Akrotiri pun dimulai.
Situs Akrotiri sudah mulai digali dan diteliti sejak tahun
1967. Area galian seluas sekitar 20 hektar itu kini dinaungi atap dan dibangun
jalan setapak untuk mengelilingi galian. Penelitian masih berlanjut, tapi
penggalian terpaksa dihentikan dulu akibat krisis ekonomi di Yunani. Pemandu
wisata kami adalah seorang arkeolog, jadi dia nggak cuma menjelaskan dari
hapalan materi. Menyenangkan sekali, karena selain orangnya ramah, pertanyaan-pertanyaan
dari kelompok kami pun bergulir menjadi diskusi dengan pria yang perawakan
serta brewoknya tipikal patung Yunani ini.
Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa situs Akrotiri ini berawal
dari desa petani dan nelayan (“akrotiri” artinya tanjung) yang mulai ada sejak
milenia ke-5 SM, lambat laun berkembang menjadi kota yang maju. Lapis demi
lapis bangunan ditemukan. Diperkirakan, bahwa selama beribu-ribu tahun,
penduduk datang dan pergi (entah kenapa) dan membangun hunian baru di atas
lapisan lama yang telah terkubur. Sampai akhir perkembangannya, kota ini telah
dilengkapi dengan sistem drainase yang modern, jalanan beraspal, peninggalan
gerabah dengan kualitas tinggi, dan macam-macam kerajinan lain yang menunjukkan
teknologi maju. Sedangkan lukisan-lukisan dinding dari situs Akrotiri sudah
diboyong ke berbagai museum. Dari berbagai artefak, disimpulkan juga bahwa
penduduk Akrotiri dulu itu sudah menjalin hubungan dagang dengan orang-orang
dari Pulau Kreta, Mesir, Siria, dan lain-lain.
Dari sekian banyak temuan di situs Akrotiri, tak satupun
ditemukan tulang belulang manusia. Dengan begitu, diperkirakan bahwa evakuasi
sudah berjalan lancar sebelum akhirnya kota ini tertutup abu. Begitu ceritanya.
|
Gerabah di sela-sela reruntuhan kota Akrotiri yang terkubur. |
|
Pengunjung mengamati kota Akrotiri dari lintasan yang mengitari. |
|
Penggalian yang terhenti akibat krisis ekonomi. |
|
Pengunjung yang puas. |
Museum & Kilang Anggur
G. Koutsoyannopoulos
Saya pribadi nggak punya ketertarikan khusus terhadap wine atau minuman anggur, kecuali
botolnya. Saya memang sempat keranjingan botol bagus, tapi buat saya, rasa wine itu nggak enak. Namun saat tahu
bahwa di Santorini ada banyak pertanian anggur dan museum wine, bolehlah kami mengintip-intip. Maka berkunjunglah kami ke G.
Koutsoyannopoulos Winery & Wine Museum, yang kami pilih secara acak
sekembali dari situs Akrotiri.
Kami membayar 8 euro per orang untuk tiket masuk sekaligus audio guide. Ini pertama kalinya kami
menggunakan audio guide di museum. Lucu deh, menggunakannya seperti sedang
pakai HT tapi komunikasi satu arah, dan semacam dibacakan dongeng.
Museum ini memang bekas kilang anggur sungguhan. Kami memasuki
lorong bawah tanah yang dulu merupakan tempat penyimpanan gentong-gentong wine. Sekarang di lorong yang panjangnya
sekitar 300 meter ini dibangun deretan diorama yang menceritakan tahap-tahap
pembuatan wine dari hulu ke hilir, serta macam-macam peralatan yang digunakan.
Tiap diorama diberi nomor, lalu kami pencet nomor yang sama di alat audio guide
untuk mendengarkan penjelasan tentang diorama tersebut dalam 14 pilihan bahasa.
|
Lihat nomor diorama, pencet nomor yang sesuai untuk mendengarkan penjelasannya di audio guide. |
|
Keledai ikut berperan dalam produksi wine di Santorini. |
|
Diorama yang disesuaikan dengan bukti sejarah pada foto. |
Selesai menyusuri museum, kami kembali ke lobi dan
mengembalikan alat audio guide. Di sana kami ditawari untuk menyicipi
macam-macam wine produksi mereka tanpa bayaran tambahan. Salah satu wine mereka
memenangkan kejuaraan dunia, dan itu yang Diyan paling suka dibandingkan yang
lain. Saya sendiri nggak ingat apakah ada yang saya suka.
Museum dan kilang anggur ini milik keluarga
Koutsoyannapoulos, yang sudah berdiri sejak tahun 1870. Saat itu, kakak beradik
Grigorios dan Dimitrios Koutsoyannapoulos sedang berlayar dari Peloponnese ke
Pulau Syros, namun terbawa angin kencang hingga mereka berlabuh saja di
Santorini. Di situlah mereka melihat kesempatan berdagang wine, karena
Santorini merupakan tempat transit kapal antara Mesir dan Kreta, serta punya
banyak teluk yang aman untuk kapal bersandar. Kerja keras Grigorios dan
Dimitrios diteruskan oleh keturunan mereka, sampa sekarang generasi ke-4 yang
mengelola bisnis keluarga ini.
Sebelum ke Santorini, saya belum tahu bahwa di sana sejarah
anggurnya sudah panjang. Sebelumnya saya cuma dengar tentang perkebunan dan
kilang anggur di Prancis. Tapi kalau melihat bahwa Yunani punya Dewa Dionysus
atau Dionisos, mestinya tak heran, karena dia adalah dewa anggur, kesuburan,
teater, dan pesta.
|
Eksterior winery dengan "diorama outdoor". |
|
Macam-macam wine produksi Koutsoyannapoulos. |
|
Kebun anggur di halaman winery. |
Keledai Pemabuk
Seolah tak mau kalah dengan minuman-minuman yang lebih
populer seantero Yunani, yaitu ouzo, raki, dan anggur, di Santorini juga ada brewery alias pabrik bir. Produksi bir
di Santorini terhitung baru, dengan Volkan Beer sebagai yang pertama dan baru
berdiri di tahun 2011. Tapi karena kami kebetulan menemukan informasi tentang
Donkey brewery, ke sanalah kami melihat-lihat proses pembuatan bir, yaitu
Santorini Brewing Company. Gambar labelnya menggemaskan, yaitu siluet keledai,
hewan yang besar jasanya sebagai alat transportasi di Yunani.
Pabrik bir ini terletak sekitar 6 km dari kota Fira. Kami
tak melihat perkebunan bahan dasar pembuatan bir di sekitarnya, seperti gandum
dan barley. Pabriknya pun kecil saja,
hanya seperti toko dengan tangki-tangki metal yang disambungkan selang ke
botol-botol.
Mereka menyediakan tur untuk siapapun yang datang pada jam
operasional. Beli atau tidak beli bir, pengunjung tetap diservis dan dijelaskan
dengan ramah mengenai produksi bir mereka. Contoh berbagai tanaman bahan baku
bir diperlihatkan di mangkuk-mangkuk kecil, dan kalau tak salah ingat, kami
juga diberikan tester macam-macam
produk mereka. Ada Red Donkey, Yellow Donkey, dan Crazy Donkey. Terus terang
saya sudah nggak ingat perbedaan rasanya, mungkin karena sama seperti wine,
saya pun nggak menikmati rasa bir.
Penjelasan lebih detail tentang bir Donkey bisa kamu baca di
website resmi
mereka, selain di
blog lain
yang ditulis oleh orang-orang yang sepertinya jauh lebih paham tentang bir
daripada saya.
|
Salah satu pegawai brewery yang ramah dan minta difoto. |
|
Contoh bahan dasar pembuatan bir Donkey. |
|
Pengunjung Donkey brewery dipersilakan mencoba bir gratis. |
|
Pegawai (atau pemilik, ya?) yang menjelaskan proses brewery dari pangkal sampai ujung. |
Pantai Kamari
Dari Donkey
brewery,
kami lanjut bermotor ria ke arah barat hingga ke Pantai Kamari. Tak banyak yang
kami lakukan di situ. Mau makan, sudah kenyang. Mau berenang, airnya terlalu
dingin bagi kulit tipis tropis kami ini. Walhasil, saya menggambar saja sejenak
sambil duduk di batu di tengah hamparan pasir hitam. Sementara Diyan bersantai
sambil mengamati tindak-tanduk para pengunjung lain. Banyak yang berjemur di
pasir, di kursi pantai, dan ada
anak kecil
yang dadah-dadah ke pesawat yang melintasi langit Kamari, dan macam-macam
lagi.
Tampaknya kehidupan pantai mulai hidup di penghujung musim
semi.
|
Tak banyak yang bisa saya lakukan di laut dingin selain menggambar. |
|
Kehidupan Pantai Kamari di penghujung musim semi. |
Hotel di Fira
Dengan filter harga tak lebih dari 50 euro per kamar per
malam, kami menyaring beberapa pilihan dari booking.com dan akhirnya memesan
kamar di Sun Rise Hotel. 50 euro per malam sudah termasuk sarapan ala kadarnya
(roti dan butter).
Bangunan Sun Rise Hotel ini menarik, entah apa nama gaya
bangunannya, yang jelas banyak lika-likunya dan berwarna pastel dan ada kolam
renangnya. Saya sempat merekam suasana hotel ini di video sekadarnya banget,
silakan kalau mau lihat.
Kamarnya nyaman, berdinding ungu pastel, dan punya jendela
besar serta akses ke balkon sendiri. Lumayan, bisa mengeringkan cucian di
balkon, pakai tali rafia yang sengaja kami bawa dari Jakarta untuk menjemur
pakaian!
Sun Rise Hotel berlokasi di luar keramaian kota Fira, tapi
cuma perlu jalan kaki sekitar 3-5 menit sampai di jajaran restoran dan toko
yang ramai. Begitu juga jaraknya ke terminal bus.
|
Sun Rise Hotel, dekat dari terminal bus dan pusat kota Fira. |
|
Ada kolam renangnya, lho! |
|
Kamar yang senada dengan warna bangunan. |
Transportasi Fira
Santorini
Kami mencapai Santorini naik Blue Star Ferry dari Athena.
Saat itu (bulan Mei 2015) harganya 41 euro per orang, kelas ekonomi.
Dari Old Port Santorini ke Oia sepertinya ada banyak pilihan
bus atau mobil travel, tapi saya nggak tahu harganya karena waktu itu langsung
ke Oia.
Bus antar Oia dan Fira cuma 2 euro per orang. Sedangkan
untuk jadwal berbagai rute bus di Santorini, bisa kamu lihat di foto di bawah
ini.
Sewa motor sebenarnya 15 euro per hari. Tapi kami berhasil
menawar jadi 20 euro untuk pemakaian 1,5 hari saja. Bensin kami hanya perlu
beli 5 euro untuk selama itu. Kalau lebih suka naik mobil atau ATV, ada juga
penyewaannya di sana.
|
Klik foto untuk melihat jadwal bus lebih jelas. |
|
Old Port, Santorini. |
More photos of our excursions in and around Fira:
|
Gang pertokoan di Fira. |
|
Macam-macam suvenir ala Santorini. |
|
Ke bawah sana bisa turun tangga atau cable car. |
|
Menjelang magrib, keledai-keledai pulang kandang. |
|
Di depan Donkey brewery. |
|
Daftar menu. |
|
Kemasan yang menggoda! |
|
Diam-diam Diyan memotret saya ketika menggambar gereja. |
|
Anak kecil gembira melihat kapal terbang melintas. |
|
Pantai Kamari yang mulai ramai. |
|
Padang rumput luas membentang di Santorini. |
|
Wish to be back in Santorini :) |
Walaupun Santorini ini termasuk "kecil" tetep aja ya pengalaman tiap orang bisa beda2 hehe. Aku waktu itu gak ke situs Akrotiri trus kok jadi pingin abis baca postmu kak :D Untung banget ya orang2nya uda evakuasi, kalau gak mungkin bisa kejadian kayak Pompeii gitu ya :(
ReplyDeleteKayaknya enak ya ke Greece pas ga panas2 banget jadi jalan2nya bisa lebih menyenangkan :D Yuk ke Fira lagi Vira! :P
Iya Aggy, pengalaman bisa macem-macem banget, gak tergantung lokasinya ya :D
DeleteWaktu itu malah Yunani masih agak dingin buatku, hihi.. paling pas akhir Mei/awal Juni kayaknya..
Duh, pengen banget si Vira ini ke Fira lagiiii.. amin dulu yuk Gy.. :))
Aaah senangnya traveling berdua ke tempat romantis kek Santorini. Nyoba naek donkey gak?
ReplyDeleteidfipancani.blogspot.co.id
Hai Idfi..
DeleteNggak naik donkey, euy.. Soalnya agak dilema.. gosip2nya keledai di sana agak overused gitu, jadi mending gak naik deh :')
Jadi kamu merasa senang gitu karena nama nya sama ???? hua hua
ReplyDeleteitu sih cuma sekelumit alasan, kak ;D
Deletebagus yah kota nya....
ReplyDeleteiya, bagus banget :)
Deleteberasa kayak ngeliat yg di film-film santorini :))
ReplyDeleteduh kece amat ya
Iya.. Santorini kecenya kebangetan :))
DeleteBaru kali ini denger ada nampak tempat dengan nama Fira, Santorini. :)
ReplyDeleteYap, dan ternyata kota terbesar di sana :)
DeleteHi mba vira, senangnya ktmu blog ini pas aku lg cari2 persyaratan apply visa schengen ke greece.
ReplyDeleteMba aku mau tanya boleh ya...
Aku mau ke greece tapi hanya punya waktu seminggu...rencana nya ke mykonos, santorini n athens
Menurut mba vira, worth it ga sminggu aja ke ketiga kota itu? Lebih baik spend waktu lamaan di kota yg mana?
Oya..saya bakal terbang sendiri ke greece...sy pikir nyampe2 mau naik taxi k hotel/airbnb, pake taxi disana aman ga mba? Atau lebih baik pake shuttle bus nya airport (blm cek sih ada ngga) , mba vira dl dr airport naik apa?
Thx uuu sblmnya
Halo Mba Shasya,
DeleteSoal lama di mana, sebenarnya tergantung minat Mbak, dan gaya travelingnya kayak apa. Kalo senang cepat2 di suatu tempat, ya seminggu sih cukup aja.
Kalo senang sejarah, menurut saya di Athena bisa dilamain karena banyak banget situs sejarah di situ. Dan kalo beli tiket ke Akropolis itu udah sekaligus buat beberapa situs, dan kalo ga salah tuh berlaku buat beberapa hari deh.
Mykonos Town lebih terkenal buat party atau santai2 di taverna, tapi bisa juga nyeberang ke Pulau Delos yang sejarahnya kaya banget, tapi itu cukup 1/2 hari pp dari Mykonos. Nah, kalo Santorini, ada 2 kota utama yang rame (Fira & Oia).. Oia paling cantik menurut saya.
O ya, kalo mau buru2, berarti dari/ke Athens mesti naik pesawat ya, jangan naik feri kayak saya :D
Saya sempat naik taksi dari stasiun Piraeus (Athens) ke airbnb, dan dari airbnb ke airport waktu mau balik ke Jakarta, aman2 aja sih.. Tapi lupa itu taksi apa namanya, random aja. Wkt itu saya dari airport sih naik kereta ke Piraeus, karena airbnb-nya dekat situ.
Mbak nginepnya kalo di airbnb mungkin bisa minta rekomendasi tentang transportasi ke host-nya :D
Semoga membantu yaaa..
Aku berhenti baca sebentar pas di bagian ini.
ReplyDeletepria yang perawakan serta brewoknya tipikal patung Yunani ini.
Scrol ke bawah, tapi ga nemu penampakannya.
Kapiya, kamu kejam!
bhihihikkk.. lebih asik ngebayangin, nggak sih? :P
DeleteAlasan sebenarnya, karena gua suka gak enakan motoin orang kalo pas lagi berinteraksi dengan dia.. mau minta izin dulu, tapi dia lagi asyik nerangin dan peserta tur lainnya lagi nyimak.. Gua takut ganggu. Jadinya fotoin reruntuhan doang deh di sana :P
hai mbak fira... buat trip ke santorini nyamannya bulan apa ya??? pengen ke sana :)
ReplyDeletehalo..
Deletekalo winter sih bakal banyak yg tutup dan dingin banget pasti anginnya. summer (sekitar juni-agustus) bakal anget tapi rame banget. saya ke sana pas musim semi, di bulan mei. dinginnya sedang, dan hotel2/resto2 dll udah buka, udah mulai rame juga. jadi mungkin april atau mei kali ya..
Hi mbak...mau nanya pengalaman naik kelas ekonomi Blue Star Ferry bgmn dari sisi kenyamanannya...gampang ngga dapat tempat duduknya.. krn sy rencana juga mau beli yg kelas ekonomi saja sesuai dengan budget.
ReplyDelete