Di cerita sebelumnya, saya sempat bilang bahwa ada kemungkinan saya
akan ke Lasem di bulan Desember ini. Ternyata, destinasi berubah menjadi Lombok
dan Sumbawa. Agak sedih karena batal ke Lasem, tapi senang juga karena saya
belum pernah ke Sumbawa, dan Lombok pun selalu terdengar menyenangkan.
Omong-omong, kenapa destinasi bisa berubah drastis begitu? Jadi, ini sebenarnya
trip pekerjaan yang disponsori oleh suatu online
marketplace. Mereka ingin membuat video perjalanan dengan traveler/travel blogger sungguhan, dan
entah kenapa mereka khilaf, terpilihlah saya mewakili Indohoy.com bersama
Vindhya dari Ibupenyu trip organizer. Hore!!!
Videonya sendiri masih
dalam tahap editing, jadi saya belum
mau membocorkan mereknya. Namun, tempat-tempat yang kami datangi terlalu cakep
untuk nggak saya pamerkan di sini!
(Update: Videonya udah jadi, nih! Silakan klik di sini )
(Update: Videonya udah jadi, nih! Silakan klik di sini )
Tertiup angin di Pulau Kenawa, Sumbawa Barat |
Jalan-jalan sebagai talent (istilah yang biasa digunakan
orang video production untuk mereka yang di-shoot, baik artis betulan, figuran,
ataupun orang biasa yang profilnya yang diangkat) berbeda banget dengan
pengalaman jalan-jalan saya biasanya. Sebagai talent, penampilan harus diperhatikan dari pakaian, riasan wajah,
sampai ke detail aksesorisnya. Untungnya ada Mishella, wardrobe stylist merangkap make-up artist yang memikirkan semua
itu. Sebagian pakaian dan aksesoris memang milik saya, tapi dia yang mengatur
semuanya. Koper dan ransel (ya, saya bawa dua-duanya, saking banyak pakaian
yang harus dibawa!) ada yang mengurus, mulai dari check-in bagasi sampai mengantarkannya ke kamar hotel. Begitu juga
makanan dan itinerary, saya tak harus
pusing memilih tempat.
Sedangkan dari segi
kepuasan eksplorasi, terus terang saya nggak puas. Namun saya maklumi karena ini,
kan, perjalanan dalam rangka shooting
video. Tim kreatif dan produksi sudah menentukan apa saja yang mau di-shoot, saya tinggal ikut. Kalau mau
mengeksplorasi lebih banyak, harus saya lakukan di lain waktu, saat saya
bepergian dengan biaya sendiri.
Lebih dari 12 kombinasi pakaian dan aksesoris hanya untuk trip 6 hari! |
Kadang tertawa pun harus mikir menghadap ke mana karena ada kamera yang menguntit. |
Berikut ini beberapa
tempat yang kami kunjungi di Lombok dan Sumbawa:
Taman Narmada, Lombok Barat
Taman Narmada ini sudah
lama menjadi tempat wisata di Lombok, tapi baru kali ini saya ke sana. Tempat
ini dulunya merupakan istana peristirahatan Raja Mataram, Anak Agung Gde Karang
Asem. Selain bangunan-bangunan menyerupai rumah, ada kolam-kolam yang dialiri
dari mata air, serta pura yang sampai sekarang masih digunakan untuk
sembahyang. Di hari Minggu saat kami berkunjung, taman ini ramai pengunjung
lokal. Wajar saja, tempatnya tertata rapi, anak-anak pun dibolehkan bermain di
kolamnya. Such a sight for sore eyes, to
the least.
Taman Narmada |
Islamic Center, Mataram
Kami ke Islamic Center
pas malam hari. Masjid megah ini diterangi lampu warna-warni yang mengikuti
bentuknya. Arsitekturnya unik karena merangkul gaya arsitektur Sasak, yaitu
budaya asli Lombok. Ini terlihat dari lengkungan-lengkungan atapnya yang
lonjong dan agak meruncing di atas. Saya suka gedung-gedung ibadah yang begini,
tak lepas dari elemen budaya setempat.
Beranda masjid. |
Masjid warna-warni di malam hari. |
Kota Tua Ampenan, Lombok Barat
Ampenan berada di Lombok
Barat, berbatasan dengan Selat Lombok. Area ini sempat berjaya saat dijadikan
pelabuhan untuk menyaingi kerajaan Bali oleh Belanda. Bandara lama, Selaparang,
juga berada dekat dari sini, sebelum akhirnya didirikanlah Bandara Internasional
Lombok di Praya, Lombok Tengah. Saat berkunjung di Kota Tua Ampenan, saya
melihat bangunan-bangunan lama ala Tionghoa bersanding dengan bangunan Belanda.
Secara keseluruhan terkesan kurang terawat, tapi ada banyak lokasi yang membuat
kami tak henti-hentinya berfoto. Instagramable
banget!
Vindhya udah cocok jadi model Instagram? |
Sudut kota yang asyik buat digambar. |
Jembatan Gantung Gerung, Lombok Barat
Sekitar satu jam ke arah
selatan dari Ampenan, ada jembatan besi yang sudah didirikan sejak masa
Belanda, kemungkinan tahun 1932. Jembatan bercat biru dan kuning ini lebarnya 4
meter, panjangnya 116 meter. Dulunya memuat mobil, tapi sekarang hanya muat satu
lajur motor, sepeda, dan pejalan kaki di bagian tengahnya, karena kerusakan
yang tidak diperbaiki. Di lapisan bawah jembatan terdapat aliran air yang
dijadikan irigasi untuk persawahan di sekitarnya. Berkunjung ke sini agaknya
lebih tepat di sore hari, karena siang hari matahari Lombok sangat mentereng!
Jembatan gantung Gerung. |
Vindhya nunggu tukang bakso lewat. |
Desa Sade, Lombok Tengah
Sejujurnya, saya nggak
semangat ketika mengetahui kami akan ke Desa Sade. Saya pernah ke desa wisata
ini di tahun 2014, dan kesan saya adalah desa ini sudah sangat komersil. Bentuk
rumahnya memang masih asli Sasak, lantainya masih dibersihkan menggunakan
kotoran kerbau. Tapi banyak sekali warganya yang berjualan suvenir di depan
rumah, tiap grup pengunjung harus didampingi pemandu wisata yang menceritakan
cerita template tentang Desa Sade,
dan kadang para gadis memeragakan cara menenun dengan wajah yang sepertinya
kurang senang.
Ramai turis, warga lokal, dan suvenir. |
Atap rumah Sasak. |
Bukit Merese atau Meresek, Lombok Tengah
Menurut artikel ini, Bukit Merese adalah tempat terbaik untuk jatuh
cinta. Ada benarnya. Saya memang jatuh cinta di situ. Saya jatuh cinta pada
Bukit Merese itu sendiri. Pemandangannya sangat indah, dengan padang rumput
yang bergelombang bagaikan Marlboro Hills di Batanes dan laut biru yang terhampar luas di bawah
bukit. Tak puas-puasnya kami semua berfoto di Bukit Merese. Sayangnya kami
nggak sempat bermain ke pantainya karena begitu shooting usai, hujan turun. Kami pun berlarian berteduh di dalam
mobil dan bergegas ke lokasi berikutnya.
Tiduran di area rumput yang bebas kotoran kerbau. |
Mencari Tinky Winky, Dipsy, Laa Laa, dan Po. |
Bukit Selong dan Desa Beleq, Lombok Timur
Ini kali kedua saya ke
Bukit Selong. Pemandangan petak-petak sawah dan Bukit Pergasingan di hadapannya
masih cantik. Di kaki bukit kecil ini terdapat Desa Beleq, desa yang jumlah
rumahnya hanya tujuh, tak boleh berkurang maupun bertambah. Salma, seorang perempuan
muda dari warga desa tersebut, dengan ramah mengajak kami main ke rumahnya.
Menurut Salma, warga desa Beleq boleh menikah dengan warga desa lain, boleh
tinggal di desa ini bersama pasangannya, ataupun pindah ikut pasangannya ke
desa lain. Satu hal yang umum dipraktikkan di sini, seperti halnya di desa-desa
Lombok lainnya, adalah menikah di usia sangat muda, di bawah 17 tahun. Kalau
saja kami punya banyak waktu, pasti banyak kisah menarik yang bisa Salma
ceritakan tentang desanya.
Sejauh mata memandang... |
Menerbangkan layang-layang di atas bukit. |
Dengan Salma di teras salah satu rumah Beleq. |
Air Terjun Benang Kelambu, Lombok Tengah
Air terjun Benang
Kelambu terletak betul-betul di tengah Pulau Lombok, di kaki Gunung Agung. Saya
pribadi bukan penggemar air terjun pada umumnya, karena saya kerap bingung
mesti ngapain di air terjun, apalagi
yang bagian tampungan airnya tidak bisa direnangi atau air terjunnya terlalu
curam. Di Benang Kelambu saya senang karena bebatuannya masih mungkin dipanjat,
dan di bawah sudah bisa direnangi. Memang, sih, bentuk kolam semen begitu
kurang menarik, tapi tak bisa dipungkiri airnya sejuk dan segar betul!
Dipijat air terjun. |
Walaupun dingin, kami nggak mau cepat-cepat selesai main air terjun. |
Pulau Kenawa, Sumbawa Barat
Hore! Nyeberang naik
feri dari Pelabuhan Khayangan, Lombok Timur, kea rah timur selama 1,5 jam,
sampailah kami di Pelabuhan Poto Tano, Sumbawa Barat. Menjelang sampai, sudah
terlihat Pulau Kenawa di kejauhan. Begitu merapat, mobil kami langsung keluar
pelabuhan sedikit, mengantarkan kami ke pelabuhan kecil, tempat perahu-perahu
motor telah menunggu. Hanya sekitar 15 menit kami menyeberang, sampai di Pulau
Kenawa.
Pertama kali saya
mengetahui tentang Pulau Kenawa adalah dari blog Yuki. Persis yang dikisahkannya, pulau ini berangin kencang, tapi untungnya
sedang tak ada badai. Lanskap pulaunya khas Indonesia timur, dengan kontur unik
yaitu satu bukit menjulang sendiri di tengah sabana. Karena kaki saya sedang
keok, saya mendaki bukit hanya sampai pinggangnya. Seturun dari bukit, snorkeling di sekitar dermaga, saya cuma
melihat air keruh dan arusnya cukup kuat. Walaupun kurang puas dengan snorkeling saat itu, saya cukup senang
karena sudah hampir setahun tidak menyelup ke air laut!
Merapat ke Pulau Kenawa. |
String Bag dari @byviratanka asyik juga buat trip basah-basahan sedikit! |
Lanskap khas Pulau Kenawa |
Memilih petak tanah yang ingin kami beli dan jadikan vila. |
Desa Mantar, Sumbawa Barat
Cita-cita mulia pagi itu
adalah mengejar pemandangan matahari terbit yang kece dari ketinggian puncak
Desa Mantar. Kami serombongan menaiki beberapa mobil bak melewati jalanan tanah
dan berbatu-batu saat ayam pun belum berkokok. Sampai di puncak, kabut tebal
menyapa. Gagal cita-cita kami, tapi sejujurnya saya suka sekali dengan
pemandangan abu-abu itu. Kemudian kami berjalan-jalan sedikit di Desa Mantar,
sempat pula bergunjing dengan ibu-ibu di tangga suatu rumah. Imut sekali
rumah-rumah panggung di Desa Mantar, banyak yang dicat berwarna-warni bagaikan
perumahan Kota Mainan di buku cerita Noddy. Menurut seorang ibu di sana, mereka
mengecat rumah agar terlihat bagus, tidak lusuh seperti warna aslinya.
Jemurannya pun berwarna-warni. |
Si Guguk yang menemani kami selama di puncak. |
Konon, pohon ini terkenal berkat film Serdadu Kumbang. |
Whales & Waves Resort, Sumbawa Barat
Tadinya saya berharap
bahwa kami akan menginap di resor keren ini. Ternyata kami di sana cuma untuk
keperluan shooting. Oh, well. Lumayan
jugalah menikmati fasilitasnya dari siang sampai malam. Main ayunan menghadap
ke laut, jalan-jalan di halaman rumput yang luas, dan berenang di pantai dengan
teman-teman dan Brownie, anjing ramah dan ceria milik resor. Sejak magrib, hujan
turun lebat dan listrik mati. Genset rusak. Jadilah kami bergelap-gelapan
menyantap pasta lezat di restorannya yang tak berdinding. Pengalaman yang cukup
merepotkan tapi juga lucu ketika kami semua berusaha memuat barang-barang ke
mobil tanpa membasahi badan dengan jumlah payung yang minim.
Bangunan unik yang menggemaskan. |
Reza sedang mengajarkan break dance ke Mishella? |
Fasilitas yang kadang jadi rebutan tamu. |
Di luar lokasi-lokasi shooting ini, masih ada lagi pengalaman-pengalaman
menarik selama perjalanan. Misalnya, menyicipi Ayam Taliwang Pak Udin dan Sate
Rembiga Bu Sinasseh yang terkenal di Mataram, Ayam Rarang di Lombok Timur,
serta iseng-iseng belanja aksesoris di toko suvenir Sasaku. Sedangkan tempat
menginap berpindah-pindah, tapi 2 hotel yang paling nyaman waktu itu adalah Hotel
Idoop dan Golden Tulip di Mataram.
Sepulang dari trip
Lombok Sumbawa ini saya diserang flu. Mungkin karena lelah campur kedinginan di
air terjun. Namun begitu, saya menyukai trip ini, dan bersyukur bahwa tahun
2016 ditutup dengan pengalaman seru yang langka seperti ini.
Lalu saya pun bertanya-tanya.
Akan seperti apa ya tahun 2017 ini?
Perjalanan ditutup dengan sketsa dari dalam kamar hotel. |
oh kutak sabar melihat videonya jadi! Kapan lagi liat Piya sama Ipink dandan dan bawa 12 strl pakaian buat 6 hari trip!
ReplyDeletesungguh momen langka!! hahahaha...
Deletekujuga tak sabar niiih mo lihat videonya, tapi take VO aja belum..huhu..
Foto fotonya keren Vir, sketch nya juga bagus banget..... Ntar video nya di share yah. Pasti menarik
ReplyDeleteMakasih, makasiiihh.. hehehe.. Iya, nanti link videonya bakal gue tambahin di artikel ini :D
DeleteAaaakkk kaka itu poto yang "sejauh mata memandang dimana"? Pergangsingan kah? Lucius kak
ReplyDeleteItu diambil dari Bukit Selong, Kak.. Pergasingan ada di seberangnya, yang kelihatan di foto.. (ada di dalam ceritanya juga kok Kak) :D
DeleteFoto terakhir bikin aku merinding Kak Vir. Rinjaniii.. Duh, aku suka melow kalo liat gunung, apalagi kalau rekening yang menggunung, makin terharu pasti.
ReplyDeleteAku mau liat pideonya, mau liat kakak-kakak artis!
wah kalo yang rekening yang menggunung aku juga terharu Kak, saking terharunya pasti aku pergi belanja ke mall!
Deletenanti kalo udah ada videonya aku share yaaa :D
Walau nggak bisa menikmati sisi explorenya, tapi objek-objek wisatanya keren banget.
ReplyDeleteNtar videonya share ya mbak.
betul, bersyukur bisa ke sana :D
DeleteKalian cakep-cakep amat siiiikkkk... Hahahaha...
ReplyDeleteSumpah gw penasaran pengen lihat banyaknya baju yang kalian bawa. Secara gw jalan sama BuNyu 6 hari aja, bawaan desye ringkes abis.
hahahaah.. bayangin: 1 koper (kabin) + 1 ransel 36 liter. Si BuNyu lebih kurang segitu jugalah. Benar-benar di luar kebiasaan..alias luar biasa :))
Deleteoh, tapi, udah banyak gitu, nggak semua baju kepake juga sih.. banyak yang dibawa buat "jaga-jaga" aja :))
Delete