Wat Bang Phra, gedung kuil utama. Foto dari Mumun. |
Wat Bang Phra adalah kompleks kuil umat Budha yang sudah
berdiri selama berabad-abad, tak jelas kapan awalnya. Halamannya luas, banyak
mobil parkir termasuk taksi yang menunggu kami. Wat Bang Phra didatangi banyak turis, tapi jauh lebih sepi dibandingkan kuil-kuil di Bangkok.
Kami masuk ke kuil utama, dengan alas kaki yang harus
ditinggalkan di depan pintu masuk. Eksterior bangunan ini cukup pelik dengan
detail ukiran khas Thailand. Interiornya terasa lebih modern walaupun
banyak ornamen dan patung ke-Budha-an. Yang paling menarik sekaligus agak
bikin saya bergidik adalah mumi seorang biksu legendaris yang ditidurkan di
depan altar. Saya tidak memotret banyak di dalam kuil karena takut mengganggu
kekhusyukan orang-orang yang sedang sembahyang.
Selain keberadaan mumi, bagi saya kuil ini tidak lebih
istimewa dibandingkan kuil-kuil yang pernah saya lihat di Bangkok. Namun tujuan
utama kami ke sana memang bukan kuilnya, tapi untuk melihat proses pembuatan
tato secara manual. Gara-gara majalah
Boat yang dipinjamkan teman saya Maesy, saya jadi penasaran ingin melihat
proses ini langsung.
Kami menyaksikan pembuatan tato yang paling bawah itu oleh biksu. Foto dari Mumun. |
Pembuatan tato dilakukan di gedung lain, di teras kuil yang
lebih kecil. Di luar pintu masuk, ada meja tempat beberapa set bunga, dupa, dan
rokok dijual. Itu adalah persembahan bagi para biksu penato yang dibelikan
oleh orang-orang yang ingin ditato. Bunga dan dupa nantinya digunakan untuk
keperluan kuil, begitu juga uang pembeliannya, sedangkan rokok dikonsumsi oleh
para biksu, bahkan saat mereka menato.
Kebersihan dan kesehatan tato yang disebut Sak Yant ini
masih dipertanyakan dari segi medis. Peralatannya adalah batang besi sepanjang
kira-kira 50 cm dengan ujung lancip seperti jarum bermata dua, yang disimpan di
wadah berisi cairan pembersih bersama beberapa batang lain. Dalam
penggunaannya, besi dicelupkan ke “tinta” tiap sekitar 30 detik.
Para penganut Budha di Thailand (serta Vietnam, Kamboja, dan
Myanmar) percaya bahwa tato ini bisa melindungi pemiliknya dari keburukan dan
kesulitan karena diberkati oleh sang biksu pembuatnya. Desainnya pun tak
sembarangan, biasanya berupa simbol-simbol keramat seperti jenis hewan,
dewa-dewi, atau bentuk geometris, dan disertai kalimat doa.
Kini sudah banyak non-penganut Budha yang membuat tato Sak
Yant, termasuk Angelina Jolie. Menurut saya, walaupun saya tidak tertarik untuk bertato,
desain Sak Yant memang keren dan terlihat keramat. Namun perlu diingat bahwa pemilihan
letak tato Sak Yant atau tato dengan simbol-simbol religius lainnya janganlah
sembarangan. Bagian tubuh makin ke bawah makin dianggap tidak suci. Tato
simbol religius yang dibuat di kaki bisa menyinggung perasaan penganut Budha.
Pembuatan tato di Wat Bang Phra dilarang difoto. Jadi saya
cuma memerhatikan sambil mengabadikannya dalam sketsa.
Corat-coret sembari melihat pembuatan tato. |
*Ini adalah tulisan dalam rangka 28 Days Blogging Challenge. Temanya "rumah ibadah". Kalau kamu, ada cerita menarik tentang rumah ibadah nggak?
Selalu suka dengan corat coretmu mba. Yang ini awalnya sempet ga percaya. setelah lihat ada tanda tangannya, makin terkagum2 dengan sket coretanmu.
ReplyDeleteWah, menarik sekali ya. Andai bisa mengulas dan mendapati informasi tentang Mumi biksu itu Mba.
Jadi, itu biksunya dibayar (eh bahasa bagusnya gimana ya), diganti dengan dupa, rokok, untuk kepentingan kuil ya. Tato ternyata banyak maknanya ya. Termasuk bagian tubuh mana yang layak di tato (dalam agama Buddha). Menarik sekali. Saya ga kebayang sakitnya. Tato yang modern saja, pasti sakit. Bagaimana dengan yang ini? hehe
Btw, salam kenal Nggih :)
Makasih, Hanif.. tapi yang ini kenapa awalnya nggak percaya? LOL..
DeleteIya, dupa dan bunga sih katanya untuk keperluan kuil, tapi kalo rokok kayaknya buat biksunya ngerokok deh.. bener-bener "uang rokok" ya ini namanya :))
Dalam kebudayaan-kebudayaan lain juga kayaknya tato ada makna-makna khususnya deh.
Haha iya, nggak kebayang sakitnya, makanya saya mah liatin aja :P
Salam kenal juga :)
Baca ini gw jadi inget Bodhi di bukunya Dee Lestari, yang sampai keliling delta sungai Mekong untuk belajar nato dan "nemuin takdirnya".
ReplyDeleteGw beberapa tahun terakhir ini lagi berpikir untuk bikin tato, tapi lihat caranya di sini, gw pengen bikin di tempat yang steril aja deh. #cemen
o gitu..? gue nggak baca bukunya euy..
Deletehaha.. tato emang sebaiknya dibuat dengan cara yang terjamin kebersihannya ya.. nggak cemen koookk!
Salam Kenal , saya orang yang baru2 buat tatto disana sampai 3 kali datang ke kuil wat bang phra untuk buat tatto dan kebetulan saya juga tinggal di bangkok
ReplyDeletekarena sudah terlalu banyak org datang untuk buat tatto jadi sudah tidak menggunakan besi panjang lagi
sudah menggunakan alat tatto modern klw masalah sakit nya lebih sakit karena yg buat tatto biksu
klw mumi yang di dalam kuil utama itu klw tidak salah beliau Luang Phor Phen
Halo Randy!
DeleteWah, senangnya ada komen dari yang udah bikin tato di sana!
3 kali ke kuil itu buat nyelesain tato atau memang bikin 3 tato?
Makasih ya buat info tambahannya tentang alat tato dan nama mumi :)
Iya sob , aku kesana buat 3 tatto klw untuk nyelesain tatto nya butuh proses yg lama
ReplyDeleteSempat ngobrol2 sm org thailand yg juga buat di sana dan dia bilang sudah 10 kali ke kuil itu cuma belum selesai
Ke depan nya aku ada Rencana mau pergi lagi buat tatto
Dan klw berminat untuk Buat tatto saran aku klw bisa jam 7 pagi sudah sampai nanti sampai sana beli bunga , hio dan rokok (harga nya 80 Baht) dan uang 25 baht di serahkan ke biksu nya yg nanti nya perlengkapan itu di gunakan untuk di kuil
thanks for the info, sob!
DeleteSaya mau coba pasang tattoo.. tapi takut tertular penyakit. Apakah ada kasus HIV atau semacamnya yang diakibatkan olrh pembuatan tattoo ini ?
ReplyDeletehm.. saya sih belum dengar cerita kasus HIV akibat tato ini ya.. tapi emang gak nyari2 ceritanya juga sih..
Delete