Pulau Milos merupakan pilihan Diyan dalam rangkaian
perjalanan kami di Yunani. Alasan ia memilih Milos adalah karena adanya
Catacomb, yaitu kompleks kuburan di dalam gua buatan manusia, yang sudah
berumur 15 abad lebih. Dalam 3 hari 2 malam di Milos, hanya sekitar 1 jam kami
habiskan di Catacomb. Sisanya,
selain
bermain di Plaka, kami lebih banyak mengunjungi tempat-tempat yang berada
di pinggir laut: pantai Sarakiniko, desa nelayan Pollonia dan Klima, serta kota
pelabuhan Adamantas.
ADAMANTAS / ADAMAS
Pintu besar Zante Ferry perlahan turun. Saya dan Diyan
berada di antara para penumpang, tak sabar untuk menjejakkan kaki di pulau
Milos, pulau kedua yang kami datangi di Kepulauan Kyklades. Langit biru
elektrik dan jajaran bangunan putih-biru menyambut, dan kami segera menemui
John dan Andreas, host
Airbnb
yang telah menunggu dengan mobil mereka di pelabuhan.
Kota pelabuhan ini bernama Adamantas, atau sering juga
disebut Adamas, terletak di teluk bagian tengah pulau Milos. Saat itu
penghujung musim semi, belum banyak turis yang datang. Suasana Adamantas
cenderung sepi dan kalem untuk standar sebuah pelabuhan yang biasanya saya
tahu. Jauh lebih sepi dibandingkan pelabuhan
di
Fira, Santorini, yang merupakan bintang pariwisata Yunani.
Selama di Milos, dua kali kami bersantap sore di Adamantas. Dua-duanya di meja luar dan menghadap ke laut, tapi di dua taverna yang berbeda. Makanan yang kami coba acak saja, dari kentang sampai kerang yang segar. Ouzo,
minuman keras khas Yunani, juga kami coba. Warnanya bening seperti air putih,
sampai kami memesannya dua kali
karena mengira si bapak taverna memberi kami
air putih, bukan ouzo. Rasanya mirip mint tanpa pemanis sama sekali. Saya, sih,
lebih suka minum air putih betulan.
Kami tinggalkan motor di parkiran dekat pelabuhan, lalu kami
menyusuri jalan-jalan kota Adamantas. Jalan sepi dari orang, hanya banyak mobil
parkir dan
kucing
gemuk berkeliaran. Walaupun tampaknya sepi turis, toko-toko suvenir tetap
buka, dan banyak rumah dengan tanda bertulisan “Rooms to Let”. Kami berasumsi
maksudnya adalah ‘tersedia kamar untuk disewakan’.
Kucing-kucing menggemaskan, seafood segar, dan tempat duduk
menghadap ke laut dalam cuaca sejuk; sudah cukup alasan bagi saya untuk
menyukai Milos. Walau begitu, pulau ini masih menawarkan banyak hal menarik lainnya.
|
Sebuah pojok di Adamantas. |
|
Kerang dan lemon untuk sore hari yang sejuk. |
|
Adamantas port. |
KLIMA
Karena tidak punya tujuan tertentu, saya sempat lupa
berikutnya kami mau ke mana lagi.
“Kita ke Klima. Rumah-rumahnya warna-warni, kamu pasti
suka,” ungkap Diyan sambil mencari jalan. Tidak berbekal GPS, kami hanya
mengandalkan screenshot Google Map
dan bertanya pada penduduk yang jarang kelihatan di jalan. Setelah nyasar
berkali-kali, akhirnya sampai juga kami di desa tepi laut ini.
Benar kata Diyan, saya senang sekali melihat deretan rumah
di Klima dengan kusen berwarna-warni, yang kebanyakan bertingkat dua dan
memiliki balkon. Kekontrasan warna dindingnya yang putih dengan laut biru di
hadapannya menambah segar saja di mata. Tak heran jika Klima disebut sebagai ‘Litte
Venice of Milos’.
Namun ada yang membuat saya sedih di Klima. Sejak baru
memasuki desa, saya melihat kucing-kucing berkeliaran. Berbeda dengan di
Adamantas, kucing-kucing di sini sebagian besar kurus, bulunya kotor, dan
matanya belekan. Entah kenapa kondisi mereka begitu. Yang jelas,
desa ini sepi sekali. Cuma para pekerja konstruksi yang kami lihat, dan semua
taverna tutup. Apakah tak ada yang makanan tersedia di sana bagi para kucing? Atau air laut yang kurang cocok, mungkin?
Satu-satunya interaksi kami dengan manusia di Klima adalah
saat saya menumpang buang air kecil di rumah seorang kakek pembuat kapal.
Itupun proses yang cukup sulit karena Diyan harus mencarikan pintu rumah yang
terbuka di antara hampir semua yang tertutup, dan sang kakek pun tidak bisa
berbahasa Inggris. Tapi begitu mengerti maksud dan tujuan kami, ia mempersilakan saya menggunakan toiletnya dengan ramah.
|
Mencari kehangatan atau justru menghindar dari silau matahari? |
|
Walaupun kotor, tetap menggemaskan. |
|
Warna-warni Klima. |
POLLONIA
Kami mendapatkan rekomendasi tentang Pollonia dari
Katerina,
ibu host Airbnb, ketika menanyakan di mana seafood yang enak. Di sana kami
mampir ke Ammos, sebuah taverna cantik pinggir pantai yang kami pilih secara
acak.
Karena belum lapar benar setelah makan siang sekitar tiga
jam sebelumnya di Archountoula, saya hanya memesan seporsi gurita bakar. Memang
sejak dari Santorini saya sudah penasaran dengan menu gurita, tapi
menimbang-nimbang terus karena harganya yang lumyan. Kalau tak salah, 9-12 Euro
per porsi.
Yang dihidangkan hanya sebagian kecil dari tentakel, bukan
seekor gurita penuh; syukurlah, karena sepertinya geli juga kalau lihat
sebentuk gurita penuh di piring. Tekstur tentakel gurita bakar ini kenyal, dagingnya
tebal, dan cukup empuk. Seperti kebanyakan makanan Yunani yang saya coba, yang
ini pun tidak kuat rasanya, minim bumbu. Hanya minyak zaitun dan cacahan rosemary yang saya ingat, itupun ingat karena menyontek dari foto di bawah ini.
Waktu itu tak ada tamu di Ammos selain kami. Awalnya kami
ragu apa taverna ini buka karena di sekitarnya banyak yang kursi yang masih
disandarkan ke meja, payung meja juga masih kuncup. Di jalan juga kami tak
melihat satu batang hidung pun, walaupun mobil-mobil berseliweran. Di pantai
hanya ada kapal-kapal nelayan mengambang, tapi tak seorangpun kami lihat di
pasirnya yang cokelat itu. Entahlah, mungkin saja ini karena belum musim ramai,
atau bisa jadi Pollonia baru akan ramai di malam hari. Yang jelas, ketika masuk
ke Ammos, stafnya menyambut dengan ramah, kamipun tak lama menunggu makanan
dihidangkan. Walaupun sepi tamu, mereka tetap cekatan.
|
Mencicipi tentakel gurita sambil mencatat detail perjalanan. |
|
Mana Pollonia yang ramai? |
|
Menahan dingin sampai sedih begitu. |
CATACOMB / GREEK CAVE
Akhirnya, Catacomb. Situs kuburan dalam gua di desa Trypiti
ini yang menarik kami untuk datang ke Milos. Catacomb diperkirakan dibangun
oleh kaum Nasrani antara abad ke-1 hingga abad ke-5, pada awalnya sebagai kuburan,
lalu sebagai tempat beribadah dan pengungsian ketika bangsa Romawi menjajah. Catacomb
ini, yang juga dikenal sebagai Greek Cave, baru digali pada tahun 1844 oleh tim
arkeologi, kira-kira 3 tahun setelah ditemukan kembali.
Diperkirakan, dulunya ribuan umat Nasrani dikuburkan di
dalam 291 bilik yang menyerupai lengkungan jendela ini. Tiap lengkungan makam
berisi 5-7 jenazah. Berbagai harta karun pun tersimpan di sini, tapi sudah
dijarah sebelum para arkeolog menemukannya. Penggalian belum selesai, dan
bagian yang boleh dimasuki pengunjung hanya sebagian kecil saja.
Tinggal sedikit sekali tulisan pada nisan yang masih
terbaca, itupun kalau bahasanya bisa dimengerti. Maka, kami mengharapkan
pemandu wisata dapat menjelaskan banyak hal. Mengingat sejarah peradaban Yunani
sudah panjang sekali, pastilah seru ‘didongengkan’ seperti halnya waktu kami ke
situs Akrotiri di Santorini.
Sayang sekali, kami mendapatkan hal sebaliknya. Pemandu kami
waktu itu hanya menjelaskan hal-hal yang sudah banyak ditulis di berbagai website, dan saat kami bertanya
macam-macam ia lebih sering menjawab, “I’m not sure,” atau “I don’t know,”
dengan sikap yang jauh dari antusias. Mungkin panduan yang kurang memuaskan
ini, ditambah situsnya yang kecil saja, ada hubungannya dengan harga tiket yang
cuma 3 euro per orang sudah termasuk jasa pemandu. Oh, ditambah lagi, tidak
adanya fasilitas toilet di sana. Di cuaca berangin kala itu, saya yang sering
buang air kecil ini terpaksa menjadikan padang ilalang sebagai kamar kecil
pribadi. Uh!
|
Berjalan naik menuju Catacomb. |
|
Di kanan bawah, pintu masuk ke Catacomb. |
|
Bagian Catacomb yang boleh dimasuki pengunjung. |
SARAKINIKO
Di Pulau Milos ini rasanya pertama kalinya saya
main
ke pantai memakai jaket, celana panjang, dan sepatu tertutup, tambah
penghangat leher. Tapi walaupun di luar kebiasaan, rasanya tidak aneh sama
sekali, malah nyaman, saking kencangnya angin saat itu, menambah dingin udara. Yang
saya sayangkan adalah, karena kedinginan, saya dan Diyan jadi tidak bisa
berlama-lama di Pantai Sarakiniko yang unik dan cantik ini.
Sarakiniko memiliki kontur yang sekilas seperti planet luar
di film-film sains fiksi. Warnanya krem, teksturnya seperti batu pasir, permukaannya
naik turun dan potongannya seperti lapisan kue yang sudah diacak-acak dengan
tangan. Garis pantainya meliuk-liuk membentuk teluk-teluk kecil yang tenang,
hingga benturan ombak dengan pantai yang menciptakan waterblow. Dari beberapa website
pariwisata Yunani, saya menemukan bahwa pantai Sarakiniko ini terbentuk dari
letusan volkanik yang kemudian dihantam angin dan ombak.
|
Waterblow menjelang matahari terbenam. |
|
Mau ke pantai atau ke gunung? Kok, pakaian lengkap amat? |
|
Pemandangan yang bikin sulit berkata-kata. |
Kalau melihat dari berbagai website dan blog yang membahas
tentang Pulau Milos, masih banyak pantai dan situs menarik lainnya. Namun karena
kami turis yang kurang ambisius, ditambah hujan yang sempat turun saat kami di
sana, maka hanya beberapa tempat ini plus
Plaka dan Castro yang kami datangi.
Sisanya, bersantai
di kamar dan teras Airbnb yang berdiri di tengah lahan
kosong luas, menghadap ke laut di kejauhan. Namun begitu, kalau ada kesempatan
ke Milos lagi, tentu saya tak akan menolak, dan ingin mencoba pengalaman
lainnya di sana.
More photos from Milos:
|
Di dekat situs Venus de Milo, yaitu tempat ditemukannya patung Venus alias Aphrodite, dekat dari Catacomb. |
|
Amfiteater dalam renovasi, juga dekat dari Catacomb. |
|
Bang ojek saya selama di Milos. |
|
Pantai di Pollonia. |
|
Salah satu sisi Pollonia. |
|
Krem beradu dengan biru, syahdu sekali. |
|
Sarakiniko yang puitis. |
|
Ada banyak gua dan lorong kecil di Sarakiniko. |
|
Deretan rumah imut tapi sepi penghuni di Klima. |
|
Air di Klima tetap dingin walaupun matahari terik. |
|
Ketemu laut di mana-mana, Milos bikin kami senang! |
|
Parkir di pinggir jalan beginipun aman. |
|
:D |
|
Sebagian dari Catacomb yang hanya boleh dilihat dari lorong utama. |
|
Sore cerah di Adamantas. |
|
Putih dan biru mendominasi pulau-pulau di Kyklades. |
|
Nyam! |
|
Bekal untuk ngemil di penginapan. |
|
Toko suvenir Marianna. |
|
Suasana Adamantas di depan pelabuhan. |
|
Parkiran yacht. Mungkin penyewa baru akan ramai di musim panas. |
wuih, itu hampir 10 euro cuma dapat dua tentakel? mihil yes.
ReplyDeletewah jadi situs tempat penemuan patung venus itu padang rumput begitu? wah gue udah lihat patungnya di Louvre, berarti mesti ke tempat asalnya juga. #ngarep
Iya, heran juga, banyak kampung nelayan tapi seafood mahal di sana..
DeleteKami nggak sampe ke lokasi Venus de Milos, soalnya tiba-tiba males jalan, jadi cuma sampe ilalang itu aja.. hahaha.. nggak jauh lagi padahal. Kalo gak salah patungnya itu dihadiahi/dijual ke raja Prancis ya, makanya jadi ada di Louvre..
Mba waktu ke sana di bulan berapa ya? Kok kayanya udah dingin banget?
ReplyDeleteAku mau ke mykonos dari santorini di awal oktober nanti. Ada kapal ga yah?
Waktu itu bulan Mei. Soal dingin sih relatif, saya kebetulan emang gak begitu tahan dingin. Nggak ingat waktu itu berapa derajat temperaturnya, tapi di Pulau Milos memang anginnya lebih kencang dibanding Mykonos dan Santorini.
DeleteKalau bulan Oktober, saya gak tau akan sedingin apa, dan ada kapal atau nggak. Mbak bisa cek secara online aja mungkin ya.
Di tulisan saya yang ini ada beberapa alamat website tempat saya beli tiket feri (di bagian bawah artikel), mungkin bisa tanya ke mereka --> https://sapijalanjalan.blogspot.co.id/2015/08/greece-budget-kisaran-biaya-jalan-jalan.html
warna biru lautnya benar-benar sangat indah..
ReplyDelete