Di artikel sebelum ini
saya sudah cerita tentang tempat-tempat yang saya kunjungi serta sketsa-sketsa
yang saya gambar di Lasem. Karena udah ada beberapa teman yang nanya
itinerarynya, kali ini saya bagi di sini juga deh.
Tapi ingat, ya. Ini
itinerary berdasarkan perjalanan saya, yang sebagian waktunya digunakan untuk
sketching. Jadi, kegiatannya nggak padat dan banyak tempat wisata yang nggak
saya kunjungi. Kalau kamu nggak suka sketching, bisa juga contek aja
tempat-tempatnya.
DAY 1
Pagi:
Naik pesawat Jakarta-Semarang.
Naik bus Jaya Utama AC
dari Semarang (nunggu bus di depan pos polisi sebelah Rumah Sakit Islam Sultan
Agung). Bus ini jurusan Surabaya, turun di Lasem (pertigaan besar). Perjalanan
sekitar 3 jam. Tarif Rp40.000/orang. Kalau yang non-AC Rp25.000.
Siang:
Check in di guest house
Tiongkok Kecil Heritage (Rumah Merah). Dari tempat turun bus tadi cuma jalan
kaki sekitar 10 menit ke guest house ini, melewati Rumah Oei.
Sore:
sketching di guest house,
lalu jalan kaki di sekitarnya.
Malam:
makan di restoran
Rumah Oei. Cuma jalan kaki 5 menit dari Rumah Merah.
Kamar saya di Rumah Merah. Cuma untuk berdua, padahal bisa muat sekompi nih. |
Seperti inilah fasilitas kamarnya, minus si mas kumis. |
Bentuk rumah dipertahankan dari aslinya. |
Di belakang saya itu area kamar mandi. |
Kalau tengah malam pengen ke kamar mandi, ya mesti keluar bangunan ini dulu. |
DAY 2
Sewa motor ke Rumah Merah,
kalau nggak salah Rp70.000/hari (dari pagi sampai maghrib).
Pagi-sore:
Sketching di Klenteng Cu
An Kiong.
Sketching di Omah Tegel.
Ke stasiun kereta lama;
udah nggak berbentuk seperti stasiun.
Makan siang di Lontong
Tuyuhan (lumayan jauh, naik motor sekitar ½ jam dari pusat kota Lasem, melewati
sawah dan pedesaan).
Sketching di Pesantren Al
Frustasiyah.
Malam:
Makan di Warung
Mbak Marem (depan Rumah Oei persis).
Klenteng Cu An Kiong |
Altar sembahyang dan cerita bergambar di dinding. |
Rumah Tegel |
Halaman belakang Rumah Tegel yang super luas. Kebayang nggak nyapuin daun di sini? |
Pabrik tegel yang tersisa |
Salah satu kamar di Rumah Tegel. Antik tapi kurang terawat kebersihannya. |
Pesantren Al Frustasiyah |
DAY 3
Sewa motor lagi.
Pagi:
Lawang Ombo (rumah opium;
di sebelah klenteng Cu An Kiong. Jadi sebaiknya sih bikin janji supaya bisa
berurutan jadwalnya dengan Klenteng. Saya bikin janjinya lewat orang Rumah
Merah).
Ngopi dan ngeteh di Warung
Jenghai (sekitar 5 menit jalan kaki dari Rumah Merah).
Belanja batik di Toko
Batik 3 Negeri (di Rumah Merah).
Siang:
Makan nasi cumi di warung Bu
Tri.
Pindah ke guest house
Rumah Oei.
Ke kantor pos (ngirim
kartu pos).
Sketching di rumah batik
Kidang Mas di Babagan.
Sore:
Sketching di pohon
Trembesi.
Makam palsu di Lawang Ombo, dulu tujuannya untuk menyamarkan bahwa ini rumah penyelundupan opium. |
Kondisi halaman tengah Lawang Ombo. |
Ruang depan di Lawang Ombo: meja display peralatan opium, lemari antik, dan yang gak kalah penting, kulkas berisi Teh Pucuk Hijau untuk dibagikan gratis! |
Pembatik di rumah Kidang Mas |
Toko batik Kidang Mas, pas di seberang rumah pemiliknya tadi. |
Pohon trembesi yang hampir 2 abad umurnya. |
Kayaknya si Bapak kurang suka diajak wefie, kalo lihat dari ekspresinya. Hmm. |
DAY 4
Pagi:
Sarapan di warung Jenghai.
Beli yopia di rumah
pembuatnya, cuma 10 menit jalan kaki dari Jenghai.
Jalan kaki dan foto-foto
di seputaran Rumah Merah.
Siang:
Naik bus ke Semarang dari
depan Indomaret dekat ATM BCA (depan tulisan “Wisata Agama”).
Lalu naik pesawat ke
Jakarta.
The End.
Pembuatan yopia, kue kering berisi gula merah. Ibu dan anak ini membolehkan saya |
Kalau nggak salah, dia generasi ketiga pembuat yopia di keluarga ini. Di sini dia sedang menyusun yopia yang baru kelar dipanggang. |
Jalan masuk ke penginapan Rumah Oei. |
Saya lupa motret isi kamar Rumah Oei, jadi foto nampang aja deh. |
Review Penginapan
Rumah Merah:
Saya pesan kamar via
Traveloka. Harga Rp330.000/malam.
Fasilitas: AC, sarapan,
air mineral botolan, handuk, TV.
Kamar mandi di luar –
bener-bener outhouse alias kamar
mandi yang berada di luar rumah utama, di halaman belakang. Tersedia 2 kamar
mandi lengkap, 1 toilet, 1 kamar mandi saja.
Kamar tidur dan kamar
mandi bersih.
Servis: Staf kurang
satset. Proses check in agak terhambat karena mereka overbooking. Tapi dapat
welcome drink berupa sirup kawista, I like.
Hari kedua air mineral
nggak otomatis disediakan, saya mesti minta 2 kali baru dikasih.
Sarapan biasa banget;
nasi, telur dadar, tempe, mi goreng, dsb. Kalo bisa dapat harga tanpa sarapan,
mending tanpa sarapan, soalnya lebih asoy sarapan di Jenghai sambil nguping
obrolan bapak-bapak setempat.
Rumah Oei:
Mereka punya beberapa tipe
kamar. Yang saya pesan harganya Rp400.000/malam.
Pesan langsung via telepon
+62 811-2611-010, tapi ada juga di Airbnb.
Fasilitas: AC, kamar mandi
dalam, handuk, dapat sarapan. Ngga ada TV.
Kamar dan kamar mandi
(toilet duduk, shower) bersih.
Bangunan lama yang di
depan doang, sekarang dijadikan semacam museum. Penginapannya bangunan baru
yang didesain ala rumah orang kaya di film kung fu.
Saya nggak mengalami
keleletan apapun dalam servisnya selama semalam di sana.
Di deretan Rumah Oei ada
Rumah Ijo, baru dibuka sebagai penginapan. Mereka punya kamar dormitory, jadi
mestinya lebih murah lagi.
Jadi, kapan mau ke Lasem?
No comments:
Post a Comment