-->
Brussels adalah entry
point saya ke Belgia. Dilihat sekilas, benar saja kata teman saya bahwa
Brussels nggak secantik Paris. Tapi nggak masalah, karena saya ke sana untuk
berkunjung ke museum komik, melihat gedung-gedung Art Nouveau, makan waffle dan
kentang goreng.
Berburu Gedung Art Nouveau
Dari mata kuliah Sejarah Seni Rupa dulu saya mengetahui ada
aliran seni yang namanya Art Nouveau, yang berkembang pada tahun 1890-1910.
Tapi saya baru tahu bahwa gaya ini berkembang di Brussels, salah satunya karena
perekonomian Brussels yang sedang berkembang waktu itu. Art Nouveau bisa
ditemukan pada arsitektur, perabot, mode pakaian, hingga poster dan font. Ciri khas gaya yang dekoratif ini
adalah bentuk floral dan sulur yang organik, serta penggunaan materi baja dan
besi pada bangunan.
Masih banyak gedung bergaya Art Nouveau yang bertahan di
Brussels, seperti yang dijabarkan di sini. Sayangnya, saya cuma sempat datang ke dua gedung saja. Gedung
pertama adalah yang sekarang berfungsi sebagai Belgian Comic Strip Center.
Gedung ini dirancang oleh Victor Horta, salah satu pelopor arsitektur Art
Nouveau pertama. Elemen Art Nouveau sudah terlihat dari fasad gedung ini, dan
lebih kental lagi pada interiornya, mulai dari pagar tangga hingga tiang lampu.
Pada awalnya ia berfungsi sebagai toko tekstil. Baru di tahun 1989 gedung ini
dialihfungsikan sebagai museum komik setelah direnovasi.
Museumnya sendiri menarik karena saya memang suka baca komik
Belgia seperti Smurf, Johan & Pirlouit, Steven Sterk, Agen Polisi 212,
Lucky Luke, dan tentunya Tintin. Museum ini bukan hanya memamerkan panel-panel
komik, tapi juga menjelaskan tahap-tahap pembuatannya, genre-genrenya, dan
tentang sejarah gedungnya sendiri.
|
Gedung Art Nouveau bernama asli "Magasins Waucquez" ini sekarang berfungsi sebagai pusat komik. |
|
Tangga yang iconic dan roket Tintin yang tak kalah terkenalnya. |
|
Lantai 2 museum komik. |
|
Diorama Desa Smurf. |
|
Tiang lampu yang juga bergaya Art Nouveau. |
|
Toko komik dan suvenir di lantai bawah. |
|
Lucky Luke si tampan dan cerdik bersama Jolly Jumper. |
|
Gambar akan Victor Horta, sang bapak Art Nouveau, dan rancangan gedung Magasins Waucquez. |
Gedung kedua yang saya hampiri adalah Musical InstrumentsMuseum. Fasadnya lebih njelimet dan cantik dibandingkan gedung komik tadi.
Waktu saya ke sana hari Senin, museum ini tutup. Untungnya saya memang cuma
ingin menggambarnya dari seberang jalan. Diyan, seperti biasa, dengan sabar
menunggu saya menggambar, sambil jalan-jalan di sekitar lokasi dan memotret
macam-macam. Saya pun harus bersabar, menggambar detail yang banyak itu dengan
jemari yang hampir membeku karena dinginnya angin berembus.
|
Sketsa yang bikin jemari beku. |
|
Peninggalan Art Nouveau di Brussels. |
|
Perhatikan deh detailnya. Bayangkan seperti apa pusingnya membuat itu semua. |
|
Pemandangan di sekitar Musical Instruments Museum. |
Mural Komik Smurf
Mural-mural komik di Belgia sudah sering saya lihat di foto orang-orang.
Saya pun ingin melihatnya langsung karena memang terlihat atraktif sekali.
Bakal senang rasanya berjalan di samping tembok yang digambari komik raksasa.
Sebenarnya ada juga walking tour comic walk, tapi saya memilih untuk jalan
sendiri.
Berbekal alamat mural yang saya temukan di website
ini, saya hanya berhasil menemukan 1,
yaitu mural desa Smurf. Ini pun tadinya udah nyerah, karena di titik yang ada
di alamat, kok nggak ada mural sama sekali. Padahal saya nyarinya udah
dibantuin Diyan, yang lebih lihai baca peta. Sampai suatu saat nggak sengaja
saya menengadah di dekat stasiun kereta. Ternyata muralnya berada di
langit-langit! Oh, it really made my day!
Saya yakin, kalau punya waktu lebih panjang lagi di Brussels, pasti saya akan
bisa menemukan mural-mural lainnya.
|
Desa Smurf!! |
Lezatnya Wafel Belgia
Satu lagi perburuan yang gagal adalah mencoba wafel MaisonDandoy, yang direkomendasikan website ini. Gagalnya karena antrean yang terlalu panjang, padahal saya
udah lapar banget. Jadi, saya beli saja wafel di toko sebelahnya, yang jauh
lebih sepi. Dan ternyata, enak! Melahapnya sambil ‘ngemper’ di trotoar Grote
Markt seperti banyak orang lainnya, nggak mengurangi kelezatan wafel yang saya
lupa mereknya ini. Entahlah Maison Dandoy seenak apa, yang random begini aja rasanya ngangenin! Crispy on the outside, soft and moist inside, topped with a delish
chocolate syrup. Slurp!
|
Di mana ya, wafel yang seenak ini di Jakarta? |
French Fries Berasal dari Belgia
Ketakjuban saya soal makanan lainnya di Belgia adalah kentang
goreng alias French fries. Jadi, ternyata French fries bukan berasal dari
Prancis, tapi dari Belgia. Alkisah, waktu masa perang dunia, ada seorang
tentara Inggris yang suka sekali dengan kentang goreng bikinan seorang Belgia
yang berbicara dalam bahasa Prancis. Dengan polosnya, si tentara Inggris ini
mengira orang itu adalah orang Prancis, maka dia mempopulerkan kentang goreng
dengan sebutan French fries. Padahal, penduduk Belgia memang bahasanya kalau
nggak Belanda, sedikit Jerman, ya Prancis.
Kami sebenarnya lebih banyak mencoba kentang goreng ketika di
Rotselaar dan Louvain-la-Neuve. Salah satu yang kami coba adalah curry &
fritz, yaitu kentang goreng dengan saus kari. Potongannya lebih besar
dan panjang daripada kentang goreng di Indonesia, mungkin karena kentang
aslinya pun lebih besar-besar. Rasanya gurih, teksturnya garing sekaligus
lembut, dan disajikan selagi hangat.
Grote Markt dan Les Galeries Royales
Saint-Hubert
Di luar ini semua, yang juga mengesankan bagi saya di Brussels
adalah Grote Markt dan Les Galeries Royales Saint-Hubert. Yang terakhir ini
adalah lorong panjang pertokoan mewah, dirancang oleh arsitek Jean-Pierre
Cluysenaer. Diresmikan pada tahun 1847 oleh Raja Leopold, pembangunan mal ini
diawali dengan pembebasan lahan yang tak lepas dari konflik dengan sebagian
pemilik lahan sebelumnya. Terdengar cukup familier, ya?
|
Desain gedungnya memang cocok sebagai pertokoan elite. |
Sedangkan Grote Markt alias Grand Place adalah alun-alunnya
Brussels. Empat sisi lapangan cobbled
stone ini dipagari gedung-gedung ciamik yang dulunya merupakan balaikota, gedung
pertemuan, dan rumah-rumah bangsawan atau hartawan. Namun yang kita lihat sekarang,
gedung-gedung ini adalah hasil restorasi setelah pemboman di tahun 1695. Kami
menemukan Grote Markt ini nggak sengaja. Ya karena mau makan wafel itu tadi,
yang ternyata letak gangnya di salah satu sisi Grote Markt. Tentunya ini adalah
ketidaksengajaan yang bikin saya berdecak kagum.
|
Grote Markt yang ramai dengan turis. |
|
Town Hall yang entah sengaja dibuat asimetris atau tidak. |
|
Sebagian detail dari town hall. |
|
Tiap patung menggambarkan cerita yang berbeda-beda. |
|
Mau berfoto di sini susah sekali nunggu kosongnya. |
|
Detail pada salah satu pintu Town Hall. |
|
Salah satu rumah orang kaya di Grote Markt. |
No comments:
Post a Comment