Kala itu saya ke Lampung dalam rangka mengunjungi Mama di rumah kami di Bandar Lampung – yang sekarang sudah menjadi milik orang lain. Sekalian saya sempatkan untuk detour ke Tubaba, sekitar 100 km dari Bandara Radin Inten di Branti, yang kami tempuh dalam waktu 1,5 jam naik mobil yang disetir oleh om saya, dengan kondisi jalan lancar. Sudah ada jalan tol juga menuju ke sana.
Jalan yang kami lalui adalah Lintas Tengah Sumatra. Kami melewati beberapa kota kecil dan ketika sudah masuk ke Kab. Tubaba terlihat rumah-rumah beton sederhana di sepanjang sisi jalan, dengan jarak yang masih agak jarang satu sama lain. Lalu bangunan tinggi abu-abu berbentuk menyerupai trapesium pun nampak di sebelah kiri.
Masjid As Shobur berdiri di lahan yang luas, entah berapa meter persegi. Bangunan tinggi tadi merupakan bagian dari bangunan utama masjid, dan taman luas terhampar di hadapannya. Sebuah bangunan lebih pendek dan lebar yang didominasi kayu terdapat di sebelah masjid, yaitu gedung Islamic Center.
Dari luar, gedung masjid terlihat kaku, keras, dan “dingin”. Fasadnya beton yang diekspos, tidak dicat ataupun ditutupi material lain. “Ini udah selesai dibangun?” kira-kira tanya om saya, yang belum biasa melihat bangunan seperti itu.
Sekadar referensi, bagi yang belum familier dengan karya Andra Matin, atau studio andramatin, karya-karya lainnya antara lain kafe/galeri Dia.Lo.Gue dan toko buku Aksara (sebelum direnovasi) di Kemang, Jakarta, hotel Katamama di Seminyak, Bali, hotel Titik Dua di Ubud, Bali, dan Bandara Internasional Banyuwangi yang memenangkan Aga Khan Award. Walaupun modelnya variatif, ada satu kesamaan yang mudah terlihat dari bangunan-bangunan ini, yaitu material dasar yang terekspos. Katamama menggunakan batu bata merah, sedangkan bandara Banyuwangi menggunakan kayu ulin.
Asyiknya lagi, hawa panas tidak ikut masuk ke dalam masjid. Kalau nggak salah, inii dihasilkan oleh sirkulasi udara yang baik. Sebagian sisi ruang ibadah ini tidak berdinding apalagi berpintu, dan atap di atas bagian shalat laki-laki sangat tinggi, setinggi 30 meter. “Seperti cerobong,” kata Mama. Atap inilah yang membuat gedungnya terlihat seperti bangunan bertingkat dari luar. Angka 30 menyimbolkan 30 juz dalam Al Quran. Di atapnya terdapat lubang cahaya sejumlah 99 buah, menyimbolkan 99 nama Allah.
Akhir kata, masih banyak lagi detail menarik dari kompleks Masjid As Sobur ini. Saya belum membahas jembatan tanpa tangganya, penataan pohon di tamannya, dan nama-nama surat Al Quran yang tertera di pilar-pilar koridor. Kalau kamu penasaran, mungkin lebih baik kamu melihatnya langsung ke sana sekaligus berkenalan dengan daerah Tubaba!
No comments:
Post a Comment