Our dear beloved Michael Bambang Darsono aka Bembie. |
Tahun 2023 saya penuh kerja, kerja, dan kerja. Bukan sesuatu yang saya banggakan, tapi mau nggak mau begitu. Senang-senang juga ada, seperti kumpul sama teman-teman, nonton konser 90’s Festival, makan-makan enak, trip-trip singkat, belanja beberapa barang impian, dan ngabisin waktu sama keluarga.
Sebuah sumber kesenangan saya lainnya adalah kucing-kucing di rumah. Mulai Desember 2021, Tiki dan Grey mendapat teman baru: Bambang. Si oren ini kami adopsi dari teras rumah, tempat dia biasa mangkal. Perangainya baik, suka bermanja-manja dengan manusia, namun sering sakit. Saya dan Diyan berkali-kali membawa dia ke klinik bahkan sebelum reami mengadopsinya.
Lihat perjalanan Bambang sejak kami kenal dia di teras hingga interaksi terakhir di sini -> BAMBSDIARY
Salah satu tempat Bambang tidur di teras kami waktu masih jadi stray cat. |
Kadang dia tidur di kap mobil, mungkin karena hangat. |
Bambang on his healthy days while living outside. |
Singkat cerita, Bambang menjadi salah satu kesayangan keluarga. Ceritanya yang sering saya bagikan di instastory (link di atas) berkesan bagi banyak teman saya. Apalagi karena kami menamakan dia Michael Bambang Darsono, cukup menggelitik bagi banyak orang. Sejak kami adopsi, badannya makin bersih, sehat, dan gemuk. Wajahnya makin cakep dan malah kelihatan makin muda. Orang-orang gemas sama dia.
Bambang ketika dikarantina, waktu kami baru mengadopsinya. |
Nemenin Bambang berjemur sebagai bagian dari proses recovery. |
Kadang dia nemenin saya kerja di rumah. Tapi posisinya bikin saya jadi susah kerja! |
Pertengahan tahun 2023 saya melihat badan Bambang mulai mengurus. Saya biarkan karena justru memang sebelumnya dokter sudah bilang bahwa Bambang mulai terlalu gemuk. Ya gimana nggak terlalu gemuk, nafsu makannya tinggi sekali! Dan saya adalah pawrent yang nggak tega membiarkan kucing meong-meong mengiba minta makan. Luluh lantak!
Badan Bambang terus-terusan mengurus, saya pun khawatir. Kira-kira di bulan Agustus 2023 dia juga mulai kekurangan nafsu makan. Maka kami periksakan ke klinik. Dugaan dokter, masalah berakar pada kondisi giginya yang membusuk, yang terpengaruh oleh menurunnya daya imun akibat virus calici yang pernah diidapnya, ditambah lagi usianya yang sudah cukup tua, 8 tahun.
Si ganteng yang suka nemenin - kadang ganggu - saya olahraga di rumah. |
Bromance. |
Makanan kering pun digantikan dengan makanan basah agar memudahkan dia mengunyah dan karena aromanya yang lebih menggugah selera makan. Repotnya, dia yang tadinya suka sekali Nature Bridge Recovery, menjadi sangat pilih-pilih makanan. Berbagai merek makanan basah kami beli untuk Bambang. Saya rasanya bahagia sekali tiap melihat dia makan, walaupun cuma tiga suap.
Bambang waktu lagi gemuk-gemuknya. |
Geng leyeh-leyeh. |
Sayangnya, Bambang nggak membaik. Kondisinya makin parah. Badannya makin kurus, makin lemah, makin susah makan. Makanan basah harus kami campur dengan air dan menyuapinya pakai pipet atau syringe. Nggak usah ditanya bagaimana sedih dan khawatirnya kami. Lompat naik ke meja pun dia sudah nggak mampu. Jalannya sempoyongan, saya harus menjauhkan Bambang dari tangga agar dia nggak jatuh terjungkal. Bahkan saya harus mengamarkannya di kandang agar bisa saya awasi sambil bekerja di rumah. Saat tidur malam, saya letakkan kandang di samping tempat tidur agar dia bisa tetap terawasi.
Sampailah pada tanggal 19 September. Sepulang dari kerja di luar, saya menemukan bercak darah kental di lantai, yang ternyata keluar dari gusi Bambang. Sinar matanya pun semakin redup, menandakan dehidrasi. Sayangnya waktu itu sudah malam, sehingga kami baru bisa mengantarnya ke klinik keesokan hari. Bambang diopname semalam. Dokter terlihat mulai putus harapan dan sempat menyarankan Bambang di rumah saja agar bisa menghabiskan waktu bersama kami. Tapi karena hari itu kami harus pergi seharian, dan nggak yakin Mama di rumah bisa merawat Bambang dengan detail, makan kami minta Bambang diopname saja barang semalam agar bisa sekalian diinfus. Dokter ikut tak kuasa menahan air mata melihat saya menangis karena khawatir akan kondisi Bambang. Dia anak manis, yang bahkan dokter pun sayang sekali padanya. Taoi kami semua harus menguatkan diri demi kesembuhan Bambang.
Di masa-masa sakitnya, dia masih suka menemani saya kerja di rumah. |
Bobot terberatnya 5 kiloan. Waktu kami bawa dia ke klinik pertama kali, bobotnya sekitar 3,5 kg. Di sini dia cuma 2,5 kg. Sedih lihatnya :( |
Bambang the snuggly cat, even until he's very sick. |
Sepanjang hari di tanggal 21 September 2023 Bambang terkulai di kandang, di sebelah meja kerja saya. Musik dari playlist “Calming Music for Cats” di Spotify mengalun, dengan harapan menenangkan Bambang - dan saya.
Tiap beberapa jam saya menyuapinya makanan dan air putih, tak lupa obat dan vitamin. Kondisinya semakin lemah, sinar matanya redup kembali. Tentulah mata saya basah berkali-kali hari itu. Tiap beberapa saat saya memeriksa apakah dia masih bernafas. Sungguh, hanya itu yang sekilas bisa membedakan dia dengan makhluk yang sudah mati. Selebihnya, redup dan terkulai.
Jam 23.30 Diyan pulang. Dia langsung menghampiri Bambang di lantai atas, sementara saya istirahat dulu di sofa lantai bawah. Sekitar 20 menit kemudian saya mendengar suara Diyan yang nggak biasanya: menangis meraung-raung. Saya langsung lari ke atas, dan mendapati Diyan yang sedang memangku Bambang yang sedang meregang nyawa. Kami pun menangis berdua karena terlalu sedih melihat anak manis itu tampak kesusahan, badannya sesekali kejang-kejang dan nafasnya tersedak-sedak. Kami berdoa agar Bambang dibebaskan dari sakit, kami mengatakan padanya bahwa kami sudah rela jika dia sudah lelah berjuang.
Beberapa menit kemudian tak ada lagi gerakan apapun dari Bambang. Sudah tak ada nafas yang tersedak, tak ada badan yang kejang, tak ada lagi perut yang naik turun pertanda nafas. Kami memastikan apakah masih terdeteksi denyut jantungnya.
Tidak ada lagi.
Hari Jumat tanggal 22 September pukul 00.05 Bambang meninggalkan kami semua. “Pak RT” yang disegani kucing-kucing se-cluster sudah terbebas dari rasa sakit. Tinggal kami yang diselimuti duka.
WA chat dengan dokter langganan. |
Tiki, Grey dan Bambang adalah anak-anak kami. Mungkin nggak semua orang bisa paham rasa sayang yang begitu dalam untuk kucing - hewan peliharaan. Tapi nyatanya memang kami menyayangi mereka sedalam itu.
Selamat berpisah, Bambang. Terima kasih untuk kebahagiaan yang pernah kamu bagi di rumah ini. Bukan hanya bagi Mama, Papa, dan Oma, tapi juga keluarga dan tamu-tamu yang pernah berkunjung dan menjadi saksi ramahnya, manisnya, gantengnya, tangguhnya, dan manjanya kamu. Kami bahagia kamu sudah nggak sakit lagi.
Makam Bambang di halaman rumah kami. Diyan membuatkan patung kepala kucing sebagai nisan. Rest in peace, my love :') |
No comments:
Post a Comment