Memasuki bandara Daskalogiannis di prefektur Chania, mulai terasa
kekontrasannya dengan kota Athena yang baru saja saya dan Diyan tinggalkan. Suasana
bandara kecil ini jauh lebih santai, fasilitas ekstra pun hampir tak tersedia,
seperti kafe, apalagi kursi pijat. Saya harus melupakan rasa lapar yang mulai
mengganggu dan bergegas ke halte bus. Setengah jam kemudian barulah bus kami tiba, bus yang akan membawa kami ke kota Chania, kota kedua terbesar di Pulau Kreta yang menyimpan banyak sejarah dan atraksi.
Setelah melewati jalan yang berliku dengan pemandangan hutan
asri, tiba kami di terminal bus tengah kota Chania. Jauh lebih kecil daripada Kampung
Rambutan di Jakarta, jauh lebih bersih dan teratur walaupun sama sibuknya.
Wisatawan dengan berbagai bahasa turun dan naik bus, menggendong ransel dan
menarik koper mereka. Diyan menyalakan ponsel dan menyambungkannya dengan WiFi
gratis dari terminal, demi melihat peta untuk menuju penginapan. Oh ya, cara baca Chania adalah: kha-nya.